Gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida yang banyak digunakan untuk mengobati infeksi bakteri Gram-negatif, antara lain infeksi mikobakterium, septikemia, komplikasi infeksi saluran kemih, endokarditis, peritonitis, dan lain-lain baik pada manusia dan hewan. Gentamisin memiliki efek toksik, termasuk efek nefrotoksik, neurotoksik, dan serta efek toksik pada organ reproduksi jantan. Fertilitas pada individu jantan ditentukan oleh keberlangsungan diferensiasi sel spermatogenik menjadi spermatozoa pada proses psermatogenesis. Spermatogenesis merupakan proses kompleks proliferasi dan pematangan sel germinal dari spermatogonia diploid, melalui meiosis, menjadi spermatozoa haploid yang matang. Proses tersebut melibatkan interaksi dinamis antara sel germinal yang sedang berkembang, sel Sertoli sebagai sel pengasuh, dan sel Leydig sebagai penghasil hormone testosteron. Jaringan gonad, dengan kelimpahan asam lemak tak jenuh dan tingkat pembelahan sel yang tinggi, serta berbagai enzim yang terlibat sangat rentan terhadap ekspresi berlebih dari reactive oxygen species (ROS) sebagai radikal bebas. Sebetulnya jaringan testis memilik sistem antioksidan yang dapat mengatasi kelebihan radikal bebas. Namun paran Gentamisin dapat meningkatkan ROS dan menurunkan kadar antioksidan dalam testis, sehingga mengganggu fungsi testis. Oleh karena itu diperlukan pemberian antioksidan untuk dinetraliskan paparan ROS yang berasal dari Gentamisin.
Moringa oleifera (kelor) memiliki banyak manfaat kesehatan, salah satu kandungan adalah antioksidan terutama pada bagian daunnya. Berdasarkan uji fitokimia, daun kelor mengandung antioksidan seperti flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid, alkaloid, dan saponin. Selain itu, daun kelor juga banyak mengandung mineral dan vitamin. Studi pengaruh ekstrak daun kelor terhadap kesuburan hewan jantan belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun kelor terhadap diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus testis tikus putih yang diinduksi Gentamisin.
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar umur sepuluh minggu dengan berat badan rata-rata 200 gram. Prosedur penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penggunaan Hewan Coba pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga No.1.KE.013.01.2020. Hewan coba dibagi lima perlakuan secara acak kemudian diadaptasikan di kandang percobaan selama tujuh hari. Kelompok kontrol negatif disuntik aquades sebanyak 0,5 ml/ekor/hari dan diberi placebo (Sodium carboxymethyl cellulose 0,5%) sebanyak 0,5 ml/ekor/hari. Kontrol positif diinduksi gentamisin 5mg/kg berat badan/hari dan diberi placebo sebanyak 0,5 ml/ekor. Kelompok P1 diinduksi gentamisin 5 mg/kgBB/hari dan diberi ekstrak daun kelor 200 mg/kg berat badan /hari. Kelompok P2 diinduksi gentamisin 5 mg/kg berat badan /hari dan diberi ekstrak daun kelor 316 mg/kg berat badan /hari. Kelompok P3 diinduksi gentamisin 5 mg/kgBB/hari dan diberi ekstrak daun kelor 500 mg/kgBB. Pemberian Gentamisin dilakukan selama 14 hari dilanjutkan dengan pemberian ekstrak daun kelor selama 14 hari berikutnya. Setelah genap 28 hari perlakuan, hewan coba dikorbankan untuk dibuat preparat histologis testisnya. Pengukuran diameter dan tebal epitel tubulus seminiferus menggunakan Program Image Raster.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor pada kelompok P3 dapat memperbaiki ukuran diameter dan tebal epitel tubulus seminiferus sehingga kembali sama dengan tikus normal. Hal tersebut dikarenakan daun kelor mengandung senyawa aktif yang dominan berperan dalam menangkal radikal bebas. Antioksidan dalam ekstrak daun kelor dapat melindungi kelenjar hipofisis anterior, sehingga produksi follicle stimulating hormone dan luteinizing hormone dapat berlangsung normal. Flavonoid dalam daun kelor merupakan antioksidan yang dapat mencegah stres oksidatif membran sel-sel spermatogenik, sel Sertoli (sebagai sel pengasuh pada sel-sel proses psermatogenik) dan sel Leydig (sebagai penghasil testosterone), sehingga proses spermatogenesis berlangsung lebih baik dibandingkan kelompok tikus yang dipapar Gentamisin saja. Dosis ekstrak daun kelor 500mg/kg berat badan/hari paling efektif dalam memulihkan diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kelor terhadap kualitas semen pada hewan jantan yang terpapar ROS.
Penulis: Meidy Mardatillah
Kelompok Peminat Profesional Hewan Peliharaan dan Hewan Liar, Jalan Dr. Ir. H. Soekarno, Mulyorejo, Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Artikel ilmiah hasil penelitian ini sudah terbit pada OVOZOA : Journal of Animal Reproduction (https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index) suatu jurnal ber-Bahasa Inggris yang diterbitkan atas kerjasama antara Universitas Airlangga (http://210.57.208.200/) dengan Asosiasi Departemen Reproduksi Veteriner Indonesia (ADERVI) dan Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI). Artikel dapat di akses melalui tautan: https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/article/view/31041/17294
Disarikan dari artikel:
Mardatillah M, Wurlina W, Yudaniayanti IS, Plumeriastuti H, Primarizky H, Hamid IS. 2022. Moringa oleiferaleaf extract restored the diameter and thickness of the seminiferous tubules of rat (Rattus norvegicus) injected with gentamicin.Ovozoa 11: 15-21.