Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang terjadi di Indonesia. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi pendarahan, hematomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian. Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Gejala-gejala infeksi bervariasi, dari klasik DBD sampai ke bentuk parah seperti dengue hemorrhagic fever (DHF) dan sindrom dengue yang fatal. World Health Organization (WHO) pada tahun 1995 memperkirakan populasi di dunia yang berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar, terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan sub-tropis. Saat ini diperkirakan juga ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Di Asia Tenggara diperkirakan terdapat 100 juta kasus demam dengue dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya anak-anak usia kurang dari 15 tahun yang kematiannya disebabkan oleh penyakit DBD mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (World Health Organization (WHO), 2011).
Infeksi virus dengue melibatkan manusia sebagai pejamu (host) dan nyamuk sebagai pembawa (vektor) dalam suatu siklus transmisi atau penyebaran manusia – nyamuk – manusia. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi beberapa faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis. Waktu sembuh pasien DBD berbeda-beda, dapat bergantung dari individu tersebut maupun faktor dari virus DBD itu sendiri.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. DBD biasanya ditularkan oleh nyamuk. Demam dengue juga disebut sebagai “breakbone fever” atau “bonebreak fever” (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam, sakit kepala, kulit kemerahan yang tampak seperti campak, dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius.
Banyaknya kasus DBD di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kesehatan lingkungan masing-masing dan juga faktor individu. Pada penelitian ini diambil data dari lokasi Surabaya Timur. Untuk dapat memperkirakan data supaya bisa mendapatkan hasil estimasi yang presisi maka harus mem-fit-kan data dengan distribusi yang tepat. Apabila data tersebut memiliki puncak modus lebih dari satu maka dapat digunakan model mixture. Sebagai fleksibilitas dalam menangani jumlah kasus yang tidak mungkin bernilai negatif, maka distribusi yang digunakan adalah selain distribusi Normal. Di dalam penelitian ini dibandingkan mixture dari distribusi Normal dan mixture dari distribusi Extreme Value. Hasil yang diperoleh adalah data DBD di Surabaya Timur lebih baik jika dimodelkan dengan mixture Extreme Value. Keakuratan model ini menjadi sangat penting, karena nantinya akan mempengaruhi kebijakan yang akan direkomendasikan. Rekomendasi yang dapat diberikan misalnya adalah jumlah fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, giat aktif kerja bakti pembersihan lingkungan, dan lain sebagainya.
Penulis: Dr. Dwi Rantini, S.Si
Link Jurnal: https://www.mdpi.com/2076-3417/11/16/7343