Universitas Airlangga Official Website

Evaluasi Daya Tetas dan Kelangsungan Hidup Udang Galah di Instalasi Budidaya Air Payau Mayangan Probolinggo

GDM Agri

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) adalah salah satu komoditas terbaik perikanan air tawar. Udang galah merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ekspor udang galah telah dilakukan sejak tahun 1970-an. Permintaan akan kebutuhan udang galah berasal dari pasar domestik maupun mancanegara. Pemeliharaan udang galah tergolong mudah namun tidak dapat mengesampingkan kendala yang menghambat peningkatan produksi. Faktor paling berpengaruh terhadap hasil panen adalah konsep bangunan tambak, kualitas pakan, dan infeksi penyakit. Kunci keberhasilan produksi berada tahap pendederan dan pembesaran. Hal ini dikarenakan pertumbuhan udang galah yang tidak seragam (heterogeneous individual growth, HIG).

Kelulushidupan udang galah memang tergolong rendah. Nilai rata – rata kelulushidupan udang galah berkisar 12%-37%. Penyebab rendahnya angka kelulushidupan dipengaruhi salinitas yang berfluktuasi, kanibalisme antar individu, infeksi penyakit, kualitas air, indukan yang tidak unggul kesalahan penanganan. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan daya tetas udang galah yang mencapai 80%.

Pembenihan udang galah memerlukan sebuah perlakuan ekstra. Hal ini dikarenakan daya tahan udang galah terhadap serangan penyakit tidak terlalu baik.  Udang galah yang digunakan di IBAP Probolinggo adalah udang galah gimacro berasal dari Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sedangkan teknik yang digunakan adalah pemijahan secara massal.

Pada induk galah yang telah mati ditemukan adanya infeksi cacing Benedenia sp. pada bagian insang. Cacing tersebut menginfeksi bagian insang yang menyebabkan udang kesulitan untuk bernafas serta menimbulkan infeksi sekunder bakteri. Insang yang terluka menyebabkan suplai oksigen ke seluruh tubuh menjadi berkurang hingga akhirnya menyebabkan kematian. Penanggulangan infeksi cacing ringan pada induk udang galah dapat dilakukan dengan cara dipping atau perendaman dengan air laut. Apabila infeksi telah akut dapat dilakukan dengan merendam induk udang galah ke dalam air tawar yang dicampur dengan larutan formalin 70-100 mg/l selama 1-2 menit.

Selain cacing ditemukan protozoa yang menginfeksi larva udang galah. Protozoa yang menginfeksi larva udang galah dapat mengganggu pertumbuhan. Protozoa yang teramati antara lain Zoothamnium sp. dan Vorticella sp. Protozoa tersebut teramati di bagian kaki jalan dari larva. Penanggulangan untuk mengatasi protozoa adalah dengan cara perendaman air tawar yang dicampur dengan larutan formalin 20 mg/l selama 10 menit. Perendaman dilakukan sehari dua kali sampai protozoa benar – benar hilang.

Berdasarkan laporan IBAP Probolinggo jumlah telur yang dihasilkan oleh induk udang galah berkisar 750 ekor per gram bobot induk. Jumlah tersebut sedikit berbeda dari kisaran umum yaitu berkisar 1.000 ekor per gram bobot induk. Penurunan jumlah telur atau fekunditas diduga sebagai akibat menurunnya kualitas induk yang terlalu sering digunakan dalam pemijahan. Induk yang terlalu sering memijah dapat mempengaruhi hasil daya tetas dan berpengaruh terhadap jumlah larva. Daya tetas yang didapatkan saat pengukuran sampel induk adalah 54,7%.

Tingkat kelulushidupan larva udang galah yang dilakukan sebesar 40,6%. Hasil tersebut tergolong lebih rendah jika dibandingkan kisaran umum yang mencapai 80%. Hal ini disebabkan oleh telah menurunnya kualitas induk udang galah yang digunakan.

Penulis: Tantyo Ari Adi Wiguno

Sumber: Wiguno, T. A. A. and N. N. Dewi. Evaluation of Hatching Rate and Survival Rate of Giant Freshwater Prawn (Macrobrachium rosenbergii) in Installation of Brackish Water Culture Mayangan, Probolinggo, East Java, Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 1036 (2022) 012101