Universitas Airlangga Official Website

Evaluasi Program Desa Peduli Gizi untuk Membantu Pengurangan Stunting di Kabupaten Lamongan

IL by OASE

Malnutrisi atau kekurangan gizi pada balita merupakan masalah global yang membutuhkan penanganan khusus baik secara sensitif maupun spesifik. Penanganan malnutrisi yang tidak adekuat dan terintegrasi dapat memicu masalah serius dalam jangka panjang yang berakibat pada peningkatan mortalitas dan morbiditas. Stunting merupakan salah satu pertanda dari berbagai masalah gizi buruk pada balita. Indonesia telah menetapkan target dan menciptakan program prioritas untuk menekan angka stunting nasional dengan berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sebagai masa kritis untuk meningkatkan status gizi balita.

Menurut keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 42/M.PPN/HK/04/2020 tentang penetapan kabupaten/kota yang menjadi fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi pada tahun 2021, Kabupaten Lamongan masuk dalam salah satu dari 260 kabupaten/kota di Indonesia sebagai fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi yang telah ditetapkan untuk tahun 2018-2020. Salah satu program yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan adalah Desa Peduli Gizi, sebagai salah satu kegiatan dalam program PELITA. Program PELITA merupakan salah satu bentuk intervensi terkait peningkatan pemerataan gizi yang berfokus pada percepatan penurunan stunting dengan meningkatkan efektivitas intervensi spesifik. Sedangkan Desa Peduli Gizi merujuk pada kegiatan peningkatan gizi yang dilakukan di wilayah lokus stunting secara berturut-turut selama 12 hari.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada sembilan Puskesmas, tampak bahwa berbagai pihak turut berkontribusi dalam menyukseskan program ini, antara lain ahli gizi, bidan desa/koordinator bidan, promotor kesehatan, dokter gigi, tim imunisasi, sanitarian, dan kader. Mayoritas tenaga kesehatan ini merupakan senior yang memiliki banyak pengalaman lapangan dan telah menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat. Berdasarkan tingkat pendidikannya, seluruh tenaga kesehatan yang menjadi responden penelitian telah memenuhi standar pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang kesehatan dengan kualifikasi minimal Diploma. Penilaian tingkat pengetahuan tenaga kesehatan mengenai peningkatan gizi melalui keikutsertaannya pada berbagai pelatihan juga menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden turut serta pada berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Lamongan sebanyak 2-3 kali selama periode 2016-2021. Responden juga menyatakan bahwa mereka pernah mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pihak lain yang dengan tema peningkatan gizi, seperti pemberian makanan bayi dan anak (PMBA), konselor menyusui, MP-ASI untuk mencegah anemia dan zat besi pada balita, teknik emodemo, pelatihan standar pertumbuhan, manajemen gizi, dan manajemen gizi buruk.

Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana, pada program desa peduli gizi dikategorikan baik, ditandai dengan tersedianya peralatan memasak, bahan masakan, resep masakan, dan tempat untuk memasak. Pemenuhan sarana prasarana oleh Puskesmas dan koordinasi yang baik antara Puskesmas dengan masyarakat dapat menjadi indikator penting yang mendukung suksesnya program Desa Peduli Gizi. Meski demikian, penting untuk memperhatikan kelayakan fungsi, pemeliharaan, dan inspeksi sebelum penyelenggaraan kegiatan untuk menjamin keamanan dan kualitas sarana dan prasarana dalam jangka panjang.

Variabel lain yang diteliti adaah ketersediaan SOP. SOP (Standar Operasional Prosedur). SOP merupakan serangkaian instruksi tertulis yang terstandardisasi mengenai berbagai proses penyelenggaraan kegiatan, bagaimana, kapan, dan di mana kegiatan tersebut harus dilaksanakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sembilan Puskesmas yang menjadi responden penelitian belum memiliki SOP dalam bentuk dokumen tertulis yang tersimpan di puskesmas. Ketidakjelasan SOP berpotensi pada timbulnya kendala program seperti pekerjaan rangkap, misskomunikasi, tidak ada batasan terkait kegiatan.

Tiga input penting yang telah dijelaskan di atas, yaitu sumber daya manusia, pemenuhan sarana dan prasarana, serta SOP sangat mendukung suksesnya program Desa Peduli Gizi. Terdapat empat kegiatan utama yang dilakukan pada program ini, yaitu memasak bersama kader, makan bersama, edukasi kesehatan, dan edukasi mengenai makanan bergizi dan cara memasaknya. Kegiatan ini secara umum identik dengan program pencegahan dan penanggulangan masalah gizi lainnya yang diselenggarakan di Kabupaten Lamongan seperti Taman Pemulihan Gizi, Pusat Pemberian Makanan Masyarakat (PMM), Pusat Pemberian Makanan Terapeutik, Feeding Center, dan Kelas Gizi, namun berbeda dalam rincian kegiatannya. Tingkat partsipasi masyarakat pada kegiatan ini dapat dikategorikan baik, yaitu antara 9-12 hari. Hal ini menunjukkan adanya kepedulian masyarakat untuk mengatasi masalah gizi bersama tenaga kesehatan. Program desa Peduli Gizi diharapkan dapat membantu pemenuhan target penurunan gizi buruk yaitu 8,1% pada tahun 2020. Meski demikian, masih ditemukan tiga Puskesmas (33,33%) yang belum mencapai target. Temuan ini menggambarkan pentingnya analisis lebih lanjut dan peningkatan program yang berfokus pada berbagai lokus stunting.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sumber: Swari, D. R. I., & Wulandari, R. D. (2022). The Analysis of Logic Model Components from Nutrition Care Village Activity to Assist Stunting Reduction in Lamongan District. Amerta Nutrition, 6(4), 392–403. https://doi.org/10.20473/amnt.v7i4.2022.392-403

Link Artikel:     https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/34157