Universitas Airlangga Official Website

Faktor-Faktor Risiko Asfiksia Perinatal Berat

ilustrasi Asfiksia Perinatal (foto: halodoc)

Asfiksia adalah keadaan di mana tubuh atau bagian tubuh kekurangan oksigen. Apabila kondisi ini terjadi pada bayi baru lahir disebut dengan asfiksia perinatal yang bisa menimbulkan kerusakan jaringan secara permanen atau bersifat sementara. Secara global, asfiksia perinatal masih menjadi masalah kesehatan. Salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi terutama pada minggu pertama kehidupan di negara berkembang. Menurut data dari Direktorat Kesehatan Keluarga tahun 2020 dari kematian bayi yang berjumlah 28.158 kematian bayi dan balita atau sebesar 72% (20.266 kematian) diantaranya terjadi pada masa neonatal. Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penyebab kematian lainnya termasuk asfiksia perinatal, infeksi, kelainan bawaan dan tetanus neonatal. Pada penelitian ini didapatkan hasil dari 2.885 total kelahiran selama tahun 2021 ditemukan sebanyak 115 kasus asfiksia perinatal berat dengan prevalensi 3,9% dimana prevalensi ini sama dengan penelitian di Nepal pada tahun 2019 di Kathmandu Medical College Teaching Hospital dimana ditemukan prevalensi asfiksia perinatal sebesar 3,66%.

Selanjutnya untuk faktor risiko ketuban pecah dini, pada penelitian ini ditemukan tidak berhubungan dengan kejadian asfiksia perinatal berat, temuan ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Thailand pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa ketuban pecah dini tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian asfiksia perinatal. Kemudian didapatkan hasil bahwa prematuritas ekstrim mempunyai risiko 232,8 kali lebih tinggi untuk mengalami asfiksia perinatal berat dibandingkan dengan bayi prematur lainnya dan penelitian yang dilakukan di negara berkembang termasuk di Tigray, Ethiopia pada tahun 2018 yang menyatakan bahwa bayi prematur memiliki risiko 2,2 kali lipat untuk mengalami asfiksia perinatal dan penelitian tersebut juga serupa dengan penelitian yang dilakukan di Yordania yang menemukan bahwa bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami asfiksia saat lahir. Bayi prematur lebih rentan mengalami iskemia (keadaan di mana aliran darah ke bagian tubuh tertentu berkurang) diakibatkan oleh pembentukan sawar darah otak yang tidak sempurna. Bayi prematur juga rentan untuk mengalami berbagai penyakit.

Metode dan Hasil

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor risiko intrapartum dan janin yang berhubungan dengan kejadian asfiksia perinatal berat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor risiko intrapartum dan janin yang berhubungan dengan kejadian asfiksia perinatal berat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pada penelitian ini dari total kelahiran sejumlah 2.885 pada tahun 2021 didapatkan 115 kasus asfiksia perinatal berat atau sebesar 3,9%. Didapatkan juga total subjek penelitian sebanyak 345 orang yang terdiri dari 115 bayi baru lahir dengan asfiksia perinatal berat dan 230 bayi lahir dengan asfiksia non perinatal.

Karakteristik subjek penelitian ini merupakan kondisi ibu pada kelompok asfiksia perinatal yang menunjukkan bahwa usia risiko tinggi (<20 tahun keatas). Penyakit ibu tertinggi pada kelompok kasus adalah preeklampsia sebesar 38,6%. Penyakit lain yang ditemukan pada masing-masing kelompok kasus adalah anemia sebesar 37,2%, eclampsia sebesar 31,3%, perdarahan antepartum 26% dan infeksi yang disebabkan oleh Covid-19 sebesar 12%.  Faktor-faktor yang menyebabkan kematian lainnya adalah asfiksia perinatal, infeksi, kelainan bawaan dan tetanus neonatal. Dilihat dari karakteristik faktor risiko janin pada kelompok kasus prematuritas sebesar 41,8%, BBLR sebesar 44,7%, IUGR sebesar 33,3% dan kelainan kongenital sebesar 30,8%.  Dalam hal prematuritas, persentase sangat prematur adalah sebesar 95%, sangat prematur 70,2%, prematur sedang 43% dan prematur akhir 17,6% pada kelompok kasus. Untuk faktor risiko BBLR, persentase BBLR sebesar 35,8% VLBW 60.8% dan ELBW 100%.

Penutupan dan Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian satu faktor yang terkait dengan sebagian besar kasus asfiksia perinatal berat yaitu prematuritas. Pada bayi yang sangat prematur, risiko terjadinya asfiksia perinatal akan meningkat. Berat badan lahir rendah juga berhubungan dengan prematuritas, sehingga kombinasi keduanya akan meningkatkan risiko asfiksia perinatal. Asfiksia perinatal akan lebih tinggi di rumah sakit tersier dikarenakan pasien datang dengan kondisi yang lebih parah. Penatalaksanaan faktor risiko antepartum (perdarahan dari saluran genital pada paruh kedua kehamilan wanita) juga harus ditingkatkan di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang akan berdampak besar pada kondisi janin. 

Penulis : Dr. Martono Tri Utomo, dr., SpA(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://doi.org/10.37897/RJP.2023.4.8

Jasin, Y. D., Darmawan, E., & Utomo, M.T. (2023). Risk Factors of severe perinatal asphyxia at tertiary hospital. Romanian Journal of Pediatrics, 72(4), 188-193. Published 2023

Baca Juga: Penanda Serologis TORCH pada Kolestasis Atresia Bilier