Kanker ovarium merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita di seluruh dunia. Jumlah kasus kanker ovarium meningkat sebesar 21.000 kasus baru dan sekitar 14.000 wanita meninggal setiap tahun di Amerika Serikat. Indonesia sendiri menempati peringkat 10 besar negara dengan kasus kanker baru terbanyak mencapai 13.310 kasus baru setip tahunnya. Lebih dari 50% kanker ovarium didiagnosis para stadium lanjut dan memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Kurva kelangsungan hidup setelah kekambuhan kanker tidak akan rata lagi. Ini menunjukkan bahwa pengobatan untuk kanker ovarium berulang adalah untuk mengendalikan penyakit dan gejala terkait, pembatasan toksisitas terkait pengobatan dan peningkatan kualitas hidup. Sebuah penelitian menemukan bahwa kekambuhan lebih sering terjadi pada stadium lanjut dan seringkali intraperitoneal (62,1%) dan lebih umum pada mereka dengan durasi 12 bulan. Studi lain juga menunjukkan bahwa lokasi tumor primer dan kekambuhan pada kelenjar getah bening yang terisolasi dikaitkan dengan kelangsungan hidup yang lebih baik daripada yang diamati dengan situs lain (visceral atau peritoneal). Selain itu, Primary Debulking Surgery (PDS) memiliki interval bebas penyakit yang lebih baik daripada Interval Debulking Surgery (IDS). Sebuah studi menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara signifikan lebih tinggi pada kelompok usi muda (<30 tahun) dibandingkan dengan kelompok usia menengah (30-60 tahun) dan lebih tua (>60 tahun). Studi lain menemukan tiga variabel independen dan signifikan yang mempengaruhi hasil bedah, yaitu: status kinerja, ketiadaan asites, dan ketiadaan sisa tumor setelah operasi primer. Perjalanan alami penyakit dan pola kanker ovarium berulang masih belum jelas dan banyak pertentangan, sehingga kami melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor klinikopatologi (umur, stadium, histopatologi, derajat, asites, sisa tumor, kadar Ca-125 dan jenis operasi) terhadap kekambuhan, kelangsungan hidup bebas penyakit, kelangsungan hidup secara keseluruhan dan kematian pasien kanker ovarium epitelial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stadium, histopatologi, asites, sisa tumor dan tingkat Ca-125 sangat berhubungan dengan Disease-Free Survival (DFS) dan Overall survival (OS). Sedangkan usia dan jenis operasi tidak berpengaruh secara signifikan. Pasien dengan Ca-125 <35 memiliki rata-rata DFS dan OS yang lebih lama jika digandingkan dengan mereka yang memiliki Ca-125 >35. Analisis multivariat mengidentifikasi tiga faktor signifikan yang memperngaruhi kekambuhan dan kematian, yaitu : stadium, derajat keparahan, dan asites. Analisis kekambuhan menunjukkan bahwa pasien stadium II dan III memiliki Hazard Ratio (HR) masing-masing 1,9 dan 2,1 dibandingkan dengan stadium I. Primary Debulking Surgery (PDS) memiliki insiden yang lebih tinggi untuk kekambuhan ekstraperitoneal, sedangkan Interval Debulking Surgery (IDS) berisiko lebih tinggi pada terjadinya kekambuhan di area intraperitoneal.
Dalam studi ini juga ditemukan bahwa histopatologi mucinous dan clear cell memiliki survival outcome yang lebih buruk dibandingkan dengan tipe histologi lainnya. Mucinous dan clear cell carcinoma lebih resisten terhadap kemo dibandingkan dengan sel endometrioid dan serosa.
Penulis: Brahmana Askandar Tjokroprawiro
Artikel lengkapmya dapat dibaca melalui link berikut https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/3575/2151