Kusta adalah penyakit granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, terutama mempengaruhi saraf perifer dan kulit. Kusta merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena menimbulkan masalah yang sangat kompleks, baik dari segi medis maupun masalah sosial, ekonomi, dan budaya karena masih terdapat stigma di masyarakat terhadap kusta dan disabilitas yang ditimbulkannya. Kecacatan pada kusta disebabkan invasi dan infiltrasi kulit dan selaput lendir oleh M. leprae yang mengakibatkan kerusakan saraf dan kelainan bentuk, anestesi dalam bentuk hilangnya sensorik, motorik, dan manifestasi okular. Kecacatan merupakan ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan tertentu, yang biasanya dimungkinkan. Risiko adanya kecacatan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tipe kusta, lamanya sakit, jumlah saraf yang terkena, terjadinya reaksi kusta, jenis kelamin, usia, jenis pengobatan, faktor sosio ekonomi, pendidikan, etnis, pekerjaan, dan metode penemuan kasus kusta.
Terdapat 9.795 kasus baru kecacatan tingkat 2 kusta secara global pada tahun 2019, dan di Indonesia sebanyak 1.121 kasus, tidak berbeda dengan data tahun 2018 sebanyak 1.118 kasus baru kecacatan tingkat 2. Data Divisi Morbus Hansen (MH) Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo periode 2004-2006 diperoleh dari 945 pasien kusta baru ditemukan pasien dengan kecacatan tingkat 1 sebanyak 213 orang (22,5%) dan kecacatan tingkat 2 sebanyak 69 orang (7,3%).
Penelitian yang digunakan adalah analitik retrospektif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengevaluasi angka kejadian, epidemiologi, penegakan diagnosis, dan tatalaksana kecacatan pasien kusta serta hubungan faktor risiko pada tingkat kecacatan pasien kusta yang berobat di Divisi MH URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama 3 tahun, periode Januari 2017 – Desember 2019. Data diperoleh dari data sekunder berupa buku rekam medis serta rekam medis elektronik.
Hasil penelitian ini didapatkan sejumlah 275 pasien kusta dengan kecacatan, yang terdiri dari kecacatan tingkat 1 sebanyak 76 pasien (27,6%) dan tingkat 2 sebanyak 199 pasien (72,4%). Jumlah pasien laki-laki dengan kecacatan sebanyak 202 pasien (73,4%) dan perempuan sebanyak 73 pasien (26,6%). Usia pasien terbanyak adalah 25-44 tahun yaitu 116 pasien (42,2%). Pasien dengan durasi penyakit lebih dari 12 bulan banyak mengalami kecacatan, yaitu 144 pasien (52,3%). Mayoritas pasien dengan indeks bakteri negatif sebanyak 137 pasien (53,5%). Pasien dengan tipe kusta terbanyak adalah tipe multibasiler (MB) sebanyak 253 pasien (92%). Sebagian besar pasien tidak mengalami reaksi yaitu 187 pasien (68%) dan pasien yang telah mendapat pengobatan multidrug therapy (MDT) sebanyak 125 pasien (45,5%).
Hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna signifikan secara statistik antara usia, durasi penyakit dan riwayat pengobatan MDT dengan kejadian kecacatan pada pasien kusta. Hasil analisis pada usia terbanyak pada kelompok 25-44 tahun(42,2%, p=0,025), durasi penyakit dengan jumlah terbanyak pada pasien yang menderita sakit lebih dari 12 bulan yaitu (52,3%, p = 0,001), dan riwayat telah mendapat pengobatan MDT (45,5%, p = 0,001). Hasil analisis multivariat yaitu kemungkinan terbesar kejadian kecacatan dari 3 variabel tersebut adalah pasien dengan usia kurang dari 15 tahun dan lebih dari 24 tahun dengan durasi penyakit lebih dari 12 bulan walau sedang dan telah mendapat pengobatan MDT yaitu sebesar 90,9%. Faktor risiko jenis kelamin, indeks bakteri, tipe kusta dan reaksi kusta tidak signifikan berhubungan dengan kecacatan pada penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor risiko usia, durasi penyakit dan riwayat pengobatan dengan kejadian kecacatan pada pasien kusta, semakin lama durasi penyakit walau pasien sudah mendapat pengobatan, makin berisiko mengalami kecacatan.
Penulis: Dr.Muhammad Yulianto Listiawan,dr.,Sp.KK(K)
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :
https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/3311
Risk factors for disability in leprosy patients: a cross-sectional study
Silvani Geani, Rahmadewi, Astindari, Cita Rosita Sigit Prakoeswa, Sawitri, Evy Ervianti, Budi Utomo, Medhi Denisa, Novianti Rizky Reza, Bagus Haryo Kusumaputra, Regitta Indira Agusni, Putri Hendria Wardhani, Muhammad Yulianto Listiawan