Kematian pada balita akibat pneumonia sebanyak lebih dari 2500 balita per hari atau dapat diperkirakan 2 balita meninggal setiap menit. WHO telah melaporkan bahwa 16% dari seluruh kematian anak balita disebabkan oleh pneumonia pada tahun 2015. Pada tahun yang sama, UNICEF telah melaporkan kurang lebih 14% dari 147.000 balita di Indonesia meninggal karena pneumonia (Budihardjo & Suryawan, 2020). Dari hasil penelitian diatas dapat dapat disimpulkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan menyebabkan kematian terutama balita. Tujuan penelitian menganalisis faktor risiko ASI eksklusif, perilaku merokok, dan kepadatan hunian rumah terhadap kejadian pneumonia pada balita di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode meta-analisis, yaitu metode statistik yang secara kuantitatif menggabungkan beberapa artikel. Pemilahan data dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang jelas, Dalam pencarian artikel sebagai acuan dari penelitian ini, digunakan metode PICOS. Seluruh artikel full text 44 artikel. Terdapat 21 artikel untuk variabel ASI eksklusif, sebanyak 14 artikel variabel perilaku anggota keluarga yang merokok, dan sebanyak 16 artikel untuk variabel kepadatan hunian rumah. Pengolahan data menggunakan software JASP version 0.14.1 dan kemudian dilakukan analisis data.
Cakupan pneumonia di Indonesia pada tahun 2010-2014 berkisar antara 20-30% dan sejak tahun 2015-2019 mengalami peningkatan. Meningkatnya kejadian pneumonia pada balita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perilaku orang tua, kebiasaan merokok oleh anggota keluarga, dan lingkungan di sekitar balita. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait beberapa jenis faktor yang memicu terjadinya pneumonia pada anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil dari forest plot ASI eksklusif didapatkan nilai 1.934 (95% CI 0.46-0.86). Sehingga dapat diketahui bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko sebesar 1.934 kali untuk terjadinya pneumonia dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI eksklusif. Hasil forest plot perilaku anggota rumah yang merokok didapatkan nilai 2.585 (95% CI 0.69-1.21). Sehingga dapat diketahui bahwa perilaku anggota rumah yang merokok lebih berisiko 2.585 kali untuk terjadinya pneumonia dibanding dengan perilaku anggota rumah yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil dari forest plot kepadatan hunian rumah memiliki risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita dengan nilai 1.934 (95% CI 0.42-0.91). Hal tersebut dapat diketahui bahwa balita yang tinggal di rumah padat penduduk mempunyai risiko 1.934 kali lebih besar untuk terjadi pneumonia pada tubuhnya dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah yang tidak padat penduduk.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2001, menyatakan bahwa secara umum terdapar tiga faktor yang dapat memengaruhi kejadian pneumonia pada balita, baik dari perilaku orang tua (ibu), aspek individu anak serta lingkungan sekitar anak. Peningkatan risiko berbagai penyakit seperti pneumonia dapat dipicu oleh kondisi lingkungan fisik pada rumah yang tidak dapat memenuhi kesehatan dan perilaku penggunaan bahan bakar yang mengakibatkan terjadinya pneumonia. Rumah padat penduduk dan kebiasaan merokok orang tua sebagai faktor lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya pneumonia pada balita (Anwar & Dharmayanti, 2014).
Faktor risiko tertinggi penyebab pneumonia pada balita di Indonesia adalah perilaku merokok anggota keluarga. Variabel tersebut memiliki risiko 2.585 kali lebih besar untuk terjadinya pneumonia dibanding dengan perilaku anggota keluarga yang tidak merokok. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir faktor risiko dengan cara melakukan penyuluhan maupun promosi secara berkala mengenai bahaya merokok terhadap balita dengan cara mengatasinya, bagi keluarga yang mempunyai balita diharapkan dapat menghentikan kebiasaan merokok terutama di dalam rumah atau didekat balita.
Penulis: R. Azizah
Link jurnal: http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp/article/view/65