Universitas Airlangga Official Website

FISIP-Kemlu Nobar Pernyataan Pers Tahunan Menteri Soroti Politik Luar Negeri

Dr Dian Triansyah Djani SE MA Menyampaikan Tanggapan Terhadap Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Dr Dian Triansyah Djani SE MA Menyampaikan Tanggapan Terhadap Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 (Foto: Dokumentasi Penulis)

UNAIR NEWS – Bersamaan dengan perubahan tahun, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) melaksanakan Nonton Bareng Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 bersama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Dr Dian Triansyah Djani SE MA selaku staf khusus Kemlu menjadi narasumber dalam nobar tersebut. Tepatnya pada Senin (8/1/2024) di Ruang Adi Sukadana FISIP, Kampus Dharmawangsa – B, Universitas Airlangga

Dekan FISIP UNAIR Prof Dr Bagong Suyanto Drs M Si menyampaikan terima kasih atas pelaksanaan acara bersama Kemlu. Ia juga berharap dialog dengan staf khusus dapat menambah wawasan para mahasiswa. 

“Terima kasih untuk Kemlu yang sudah menyapa dan mengajak FISIP UNAIR untuk menjadi tuan rumah bagi kegiatan ini. Saya kira, bagi mahasiswa, dapat menjadi pengetahuan penting. Terutama dengan adanya dialog dengan staf khusus terkait politik luar negeri Indonesia.”

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L P Marsudi menyampaikan prioritas politik luar negeri Indonesia “4+1”. Yakni, peningkatan diplomasi ekonomi, diplomasi perlindungan, diplomasi kedaulatan dan kebangsaan, peran Indonesia di kawasan dan global, juga peningkatan infrastruktur diplomasi. 

Di sisi lain, Dr Triansyah menyatakan bahwa poin utama dalam pernyataan pers Menlu adalah teman-teman di Kemlu itu bekerja untuk rakyat. Juga, menjunjung “diplomasi membumi” yang diusung oleh Presiden Joko Widodo. Yang mana penggunaan diplomasi bertujuan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan kecintaan rakyat Indonesia terhadap diplomasi. 

“Poin yang ketiga adalah kita konsisten dalam pelaksanaan politik luar negeri kita. Politik bebas aktif masih relevan. Dan, yang pasti apa yang dilakukan sesuai dengan prinsip diplomasi kita sejak berdirinya republik ini. Bahwa kita selalu saving humanity; kita selalu berpegang pada konstitusi kita,” tambahnya. 

Staf khusus itu juga menyampaikan bahwa poin +1 atau peningkatan infrastruktur diplomasi merupakan hal yang penting. Karena, tanpa hal tersebut, empat prioritas lainnya tidak akan berjalan dengan baik. 

Dr Triansyah Nonton Bareng Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 bersama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). (Foto: Dok pewarta)

Menlu dalam pidatonya memaparkan bahwa Indonesia mulai “melihat” negara-negara benua Afrika. Menanggapi hal itu, Dr Triansyah mengatakan bahwa Indonesia sangat dekat dengan negara-negara benua Afrika dari dulu, namun tidak dimanfaatkan dengan baik. Penyebab hal itu adalah negara-negara di benua tersebut terjadi banyak konflik hingga pemerintahan yang bermasalah. 

“Ada beberapa hal yang dapat kita kerja sama-kan dengan Afrika. Tahu gak, di Aljazair itu, kita membangun jalan tol yang namanya ‘WIKA’. Ada istana di salah satu negara di Afrika, istana presidennya kita yang bangun. Dan, kita sudah merambah ke sana dalam bentuk infrastructure development,” jelasnya.

Penggunaan soft power seperti kebudayaan turut menjadi alat diplomasi Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, bahasa Indonesia diusung untuk menjadi bahasa resmi UNESCO. Tak lupa, pabrik Rendang di Bulgaria juga merupakan soft power dalam diplomasi Indonesia.

“Kita menggunakan soft power dalam diplomasi kita, apa yang kita bisa gunakan untuk memajukan kepentingan nasional, kita akan gunakan,” lanjutnya. 

Menuju pergantian pemerintahan, staf khusus itu menyatakan bahwa Kemlu selalu siap. “Jangan pernah lupa, kita satu-satunya kementerian yang pertama dua hari setelah merdeka. Kementerian Luar Negeri itu men-serve bangsa Indonesia, men-serve Republik Indonesia. Siapapun yang akan menjadi pimpinan republik ini, ya tentunya kita akan melaksanakan tugas kita.” (*)

Penulis: Muhammad Naqsya Riwansia

Editor: Feri Fenoria