Perkembangan pengetahuan manusia terutama di bidang kesehatan telah membawa perubahan pendekatan dalam penanganan suatu penyakit. Senyawa obat sudah banyak ditemukan untuk dapat merubah kondisi patofisiologis pada manusia. Namun, tidak dapat dihindari bahwa spesifisitas kerja obat pada target reseptor dan organ yang berakibat pada munculnya beberapa efek samping setelah penggunaan obat masih menjadi permasalahan. Hal ini tidak juga dapat dihindari oleh salah satu obat anti nyeri dan antiinflamasi seperti asam mefenamat. Obat ini secara luas digunakan oleh masyarakat karena memiliki manfaat sebagai antiinflamasi dan analgesik yang cukup poten.
Penelitian terkini menunjukkan adanya potensi toksisitas penggunaan asam mefenamat dalam dosis sangat tinggi pada sistem syaraf yang kemudian berpotensi membatasi penggunaannya sebagai agen terapetik. Dalam beberapa kajian, penggunaan dosis tinggi asam mefenamat dapat memunculkan potensi efek samping ke arah perilaku kecemasan, katalepsi hingga kejang tonik klonik. Katalepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan hilangnya kemampuan sensorik, adanya kekakuan otot, kekakuan postural. Adanya gangguan gangguan neurologis yang mungkin timbul pada dosis tinggi merupakan permasalahan pada ranah keamanan obat sehingga menjadi perhatian penting bagi ahli farmasi untuk mendalami dan memperhatikan. Penelitian dalam rangka memberikan alternatif upaya untuk menetralisir dampak buruk overdosis asam mefenamat ini tentu sangat diperlukan.
Beberapa penelitian terkait permasalahan keamanan obat terus dikembangkan oleh para peneliti di seluruh dunia. Salah satu studi yang membahas permasalahan ini dilakukan oleh Jarrar et al., tahun 2023. Studi tersebut mendemonstrasikan strategi penekanan efek samping sistem syaraf dengan menggunakan pendekatan mekanisme molekuler toksisitas dari dari asam mefenamat. Toksisitas/efek samping dari asam mefenamat dalam dosis tinggi diduga disebabkan karena kemampuannya dalam mengaktivasi suatu sistem di sistem syaraf pusat yang dinamakan sebagai Gamma-aminobutyric acid (GABA). Berlandaskan pada mekanisme toksisitas tersebut, penelitian ini menguji efektifitas flumazenil sebagai agen penghambat aktivasi sistem GABA di sistem syaraf pusat sebagai alternatif solusi.
Secara klinis, flumazenil dimanfaatkan sebagai antidotum spesifik untuk toksisitas benzodiazepin. Namun khusus pada penelitian ini dilakukan pengujian penggunaan flumazenil untuk dapat menetralisir toksisitas asam mefenamat. Hasil penelitian menggunakan pendekatan uji in vivo menunjukkan penggunaan flumazenil sebelum pemberian asam mefenamat dosis tinggi berhasil untuk menurunkan perilaku kecemasan, katalepsi, frekuensi kejang tonik klonik pada model hewan coba. Selain itu, penggunaan flumazenil bahkan dapat menurunkan tingginya angka mortalitas akibat toksisitas asam mefenamat.
Hasil penelitian Jarrar et al., tahun 2023 menunjukkan bahwa flumazenil merupakan obat yang berpotensi untuk dikembangkan dan diuji lebih lanjut sebagai antidotum dari overdosis asam mefenamat dalam tataran klinis. Selain itu hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa toksisitas sistem syaraf pusat yang diinduksi asam mefenamat dimediasi oleh aktivasi sistem GABA. Hal ini menunjukkan model induksi toksisitas sistem syaraf pusat menggunakan asam mefenamat dosis tinggi merupakan model sensitif untuk skrining obat dan kandidat obat yang bekerja pada sistem GABA.
Penelitian mengenai dampak toksisitas obat, mekanisme yang mendasari maupun alternatif solusi penanganan toksisitas merupakan area penelitian yang strategis dan penting khususnya dalam aspek keamanan penggunaan obat. Pengembangan penelitian di bidang kefarmasian sudah seharusnya didorong untuk memberikan bukti-bukti baru baik dalam kajian ilmu dasar kefarmasian maupun aplikatif yang mendukung aspek safety, efficacy dan quality obat yang beredar di masyarakat.
Ditulis oleh Chrismawan Ardianto, PhD., Apt
Berdasarkan publikasi Jarrar et al, 2023 pada Journal of Integrative Neuroscience Volume 22, Issue 4, 104