Universitas Airlangga Official Website

FPCI Gelar SEA Lecture Hall Bertajuk Perdagangan Internasional

Prof Fukunari Kimura saat melakukan tanya jawab dengan salah satu partisipan Southeast Asia Lecture Hall pada Kamis (15/6/2023). (Foto: SS Youtube)

UNAIR NEWS – Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Gelar Southeast Asia Lecture Hall pada Kamis (15/6/2023) secara daring. SEA Lecture Hall merupakan sebuah kolaborasi antara FPCI dengan beberapa universitas di Asia Tenggara, salah satunya Universitas Airlangga. Kegiatan itu berlangsung untuk mengurangi gap akses pendidikan di Asia Tenggara. 

SEA Lecture Hall kali ini menghadirkan Prof Fukunari Kimura, seorang pakar ekonomi dan perdagangan yang berasal dari Jepang. Prof. Fukunari membahas mengenai rantai perdagangan dan ekspor Jepang di tengah konflik Amerika dan China.

Kebijakan Perdagangan Jepang

“Saat ini Jepang menjalankan dua kebijakan, yaitu kebijakan ofensif dan defensif. Adanya kebijakan defensif untuk mengantisipasi jika ada komoditas yang di-stop oleh sebuah negara karena tensi politik. Di sisi lain, kebijakan ofensif itu untuk mengalahkan kompetitor dari negara lain,” papar Prof Fukunari.

Prof Fukunari menambahkan jika saat ini kebijakan perdagangan Jepang masih bertumpu pada kebijakan defensif. Hal itu dipertegas dengan disahkannya Japan’s Economic Security Promotion Act pada tahun 2022 lalu. 

“Tapi di sisi lain, Jepang juga menjalankan kebijakan ofensif. Hal itu selaras dengan kebijakan kontrol ekspor Amerika. Rencananya, Jepang akan mulai mengimplementasikan kontrol ekspor terhadap semikonduktor pada tahun 2023,” sambung Prof Fukunari. 

Kebijakan Perdagangan Amerika

Sejak tahun 2018 sampai 2022, Amerika Serikat sudah mengeluarkan beberapa kebijakan berkaitan dengan decoupling perdagangan, khususnya untuk melawan dominasi China. Hal itu menunjukkan bahwa Amerika dan China masih terlibat perang dagang sampai saat ini. 

“Semua itu berkaitan dengan pembatasan impor teknologi ke luar, khususnya ke China. Amerika berusaha bagaimana dapat menekan dominasi China, terutama dalam hal chipset, perangkat 5G, dan lain sebagainya,” ujar Prof Fukunari. 

“Karena Jepang dan Amerika merupakan sekutu di Asia Timur, Jepang pun mulai mengimplementasikan pembatasan ekspor semikonduktor ke China. Kontrol ekspor tersebut direncanakan mulai berlaku pada Juli 2023,” imbuhnya. 

Implikasi kebijakan

Kontrol ekspor yang Amerika dan Jepang lakukan terhadap China berpeluang untuk membatasi ekspor kedua negara ke China. Kebijakan yang kedua negara buat bertujuan untuk meredam dominasi teknologi China, khusus semikonduktor sebagai komponen vital saat ini. 

“Namun, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda untuk melakukan pembatasan ekspor secara total, hanya sebagian saja. Oleh karena itu, komoditas yang tidak termasuk dalam kebijakan kontrol ekspor akan tetap survive ke depannya,” pungkas Prof Fukunari. 

Sesi penyampaian materi kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi antara Prof Fukunari dengan para partisipan. Sesi diskusi tampak hidup karena banyak partisipan yang antusias untuk bertanya. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan dampak kontrol ekspor Jepang terhadap negara-negara ASEAN. 

Penulis: Adil Salvino Muslim

Editor: Nuri Hermawan