Universitas Airlangga Official Website

Gandeng Tempo, Program Praktisi Mengajar FIB Ulas Proses Penulisan Majalah

Editor Tempo. Suhardi, saat memaparkan materi (Foto: Istimewa)
Editor Tempo. Suhardi, saat memaparkan materi (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia (BASASINDO) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar kuliah “Praktisi Bahasa Indonesia Jurnalistik”. Acara yang berlangsung Selasa (28/5/2024) hingga Rabu (29/5/2024) di Ruang Siti Parwati FIB itu mengulas penulisan majalah di Tempo.

Hadir dalam acara tersebut, pemateri dari Editor Tempo, Suhardi Budi Santoso. Suhardi mengatakan, bahasa yang Tempo gunakan selalu menekankan unsur keterbacaan, menaati kaidah kebahasaan, dan kreatif.

“Melalui unsur-unsur yang menjadi penekanan itu, para pembaca Tempo bisa mendapatkan informasi melalui berita dan edukasi melalui gaya bahasa berbahasa Indonesia yang baik dan benar,” tutur Suhardi.

Suhardi mengatakan, terdapat tiga ragam bahasa yang ada di Indonesia, yaitu ragam bahasa formal, nonformal, dan semi formal. Ragam bahasa formal, lanjutnya, merupakan ragam bahasa yang menggunakan bahasa tertib secara gramatikal, menggunakan kata baku, dan imbuhan yang harus lengkap.

“Kita gunakan ragam bahasa tersebut pada situasi resmi, karya ilmiah, dan ketika berbicara dengan seseorang yang dihormati,” katanya.

Para peserta kuliah Praktisi Mengajar bersama pemateri, Editor Tempo, Suhardi (Foto: Istimewa)
Para peserta kuliah Praktisi Mengajar bersama pemateri, Editor Tempo, Suhardi (Foto: Istimewa)

Ragam bahasa kedua yaitu nonformal yang merupakan ragam bahasa dengan ciri menggunakan kata nonbaku dan imbuhan tidak lengkap. Penggunaan ragam bahasa tersebut adalah pada percakapan sehari-hari. “Ragam bahasa kedua ini kita gunakan pada percakapan sehari-hari. Bahasa gaul juga termasuk ragam bahasa nonformal,” ujarnya.

Suhardi melanjutkan, ragam bahasa terakhir atau semiformal merupakan ragam bahasa yang menggunakan kata-kata yang ringkas, padat, menaati kaidah kebahasaan, dan menggunakan imbuhan lengkap kecuali pada judulnya. “Ragam bahasa semi formal inilah yang kita gunakan pada bahasa jurnalistik dan media massa,” terang Editor Tempo itu.

Selanjutnya, Suhardi mengatakan bahwa dalam penerbitan berita pada majalah dan koran yang ada di Tempo, terdapat beberapa tahapan. Tahap awal mulai dari penugasan, liputan, penulisan, dan penyuntingan.

“Liputan ini dilakukan oleh reporter yang bertugas, dilanjutkan dengan penulisan oleh redaktur. Selanjutnya terdapat tahap penyuntingan oleh redaktur pelaksana dan penyuntingan bahasa oleh redaktur bahasa,” jelasnya.

Setelah penyuntingan bahasa, naskah akan melalui proses pengaturan desain dan tata letaknya hingga siap cetak pada koran Tempo. “Jika telah melalui proses dari liputan hingga pengaturan desain dan tata letak, redaktur piket akan melakukan penyuntingan terakhir sebelum akhirnya diterbitkan pada naskah Tempo,” imbuh Suhardi.

Pada akhir pemaparan materi, Suhardi membagi membagi para mahasiswa menjadi sepuluh kelompok untuk praktik penulisan bahasa Indonesia jurnalistik.

Penulis: Muhammad Rizal Abdul Aziz

Editor: Yulia Rohmawati