Bahan pengemas berfungsi sebagai wadah agar bahan yang dikemas mempunyai bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Lima syarat kemasan yaitu: penampilan, perlindungan, fungsi, harga dan biaya serta penanganan limbah. Saat ini persyaratan tambahan untuk kemasan yang digunakan harus ramah lingkungan sebagai kontribusi pencegahan global warming. Seiring persyaratan ramah lingkungan sudah saatnya bahan dasar, proses dan limbah kemasan mudah ditangani secara efisien. Plastik edibel atau plastik yang boleh dan aman untuk dimakan seperti plastik kapsul, merupakan alternatif bagi plastik konvensional yang berasal dari fosil, yang saat ini sangat sulit diuraikan mikro organismen dan menjadi masalah besar bagi kehidupan sekarang.
Edible plastic dapat dibuat dengan menggunakan bahan alamiah seperti polisakarida. Pati merupakan salah satu polisakarida yang dapat diperoleh dari berbagai jenis tanaman seperti padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Pati yang berasal dari ubi kayu (tepung tapioka) lebih banyak dikembangkan, karena di Indonesia jumlahnya melimpah dan bukan merupakan makanan pokok bagi masyarakat. Kelemahan utama plastik edibel adalah modulus elastik yang relatif besar dengan persentase elongasi rendah. Problem ini dapat diatasi dengan penebalan plastik, namun dapat menghalangi pertukaran gas dan dapat merusak citra rasa produk. Salah satu cara peningkatan kelemahan diatas adalah dengan penambahan serat ke dalam plastik edibel. Penelitian ini mensintesis serat tersebut dari daun nanas. Pertimbangan pemilihan daun nanas karena memiliki kandungan serat 81% dan dapat disintesis menjadi selulosa diasetat serta peningkatan nilai keekonomian daun nanas sebagai upaya mengurangi penumpukan limbah.
Penulis: Siswanto
Secara lengkap penjelasan ini terdapat pada paper berjudul “Green Synthesis of Cellulose Diacetate from Pineapple Leaf Fibers to Improve the Mechanical Properties of Edible Plastics Made From Tapioca Starch” di http://www.envirobiotechjournals.com/issue_articles.php?iid=343&jid=3