Universitas Airlangga Official Website

Guru Besar Fakultas Farmasi Paparkan Strategi Pengembangan Bahan Baku Obat di Indonesia

Pemaparan materi oleh Prof Dr apt Siswandono MS pada kuliah tamu dalam rangka peringatan dies natalis ke-59 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Sabtu (20/8/2022

UNAIR NEWS – Obat merupakan komoditas yang memiliki peranan sangat vital dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat luas. Prof Dr apt Siswandono MS menuturkan bahwa obat merupakan komoditas yang berfungsi sebagai ketahanan nasional. Isu strategis yang berhubungan dengan pengembangan obat di Indonesia adalah ketergantungan bahan baku obat.

Prof Siswandono menyampaikan pengembangan bahan baku obat relatif lebih mudah dibanding penelitian penemuan obat baru. Hal ini berkaitan dengan biaya yang diperlukan untuk penelitian sangat besar dan terus meningkat setiap tahunnya. Ia mengungkapkan bahwa peluang terbesar Indonesia dalam pengembangan obat adalah dengan pengembangan industri bahan baku berbasis bioteknologi.

“Karena ini tidak tergantung pada produk industri kimia dasar yang belum mendukung perkembangan industri bahan baku sintesis di Indonesia,” tutur Prof Dr apt Siswandono MS pada kuliah tamu dalam rangka peringatan dies natalis ke-59 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR), Sabtu (20/8/2022). 

Potensi Industri Farmasi

Selanjutnya, Prof Siswandono memaparkan potensi industri farmasi Indonesia untuk pengembangan bahan baku obat. Ia menyebut Indonesia memiliki kekuatan dalam bidang kefarmasian yaitu mempunyai keragaman hayati dan kekayaan alam yang dapat dikembangkan sebagai sumber bahan baku obat.

“Indonesia juga mempunyai sumber daya manusia dan tenaga ahli yang profesional, selain itu adanya komitmen kuat dari pemerintah untuk melakukan sinkronisasi regulasi yang mendukung pengembangan bahan baku obat,” jelasnya. 

Kemudian, guru besar FF UNAIR tersebut menjelaskan strategi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dapat diterapkan Indonesia untuk pengembangan bahan baku obat. Ia mengatakan terdapat lima strategi yang dapat dilakukan Indonesia yaitu:

  1. Prioritas utama adalah pengembangan bahan baku obat berbasis bioteknologi, herbal terstandar atau fitofarmaka, dan kimiawi.
  2. Mengembangkan industri farmasi untuk dapat memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri, terutama yang sangat dibutuhkan masyarakat seperti parasetamol, asetol, amoksisilin, hingga vaksin. 
  3. Mendorong industri farmasi untuk lebih mengembangkan bidang riset dan development dalam upaya memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri. 
  4. Mengembangkan perkebunan tanaman obat untuk suplai bahan baku obat.
  5. Membuat pusat penelitian pengembangan obat terpadu dengan peralatan canggih dan terkini yang dapat diakses dan digunakan seluruh akademisi dan lembaga penelitian di Indonesia.

Lebih lanjut, Prof Siswandono juga memaparkan tantangan Indonesia dalam pengembangan bahan baku obat. Ia menyebut industri kimia dalam negeri belum mampu menyediakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk pembuatan obat. Selain itu, Industri bahan baku obat memerlukan investasi besar dengan tingkat kegagalan yang cukup tinggi.

“Juga kurangnya sinergi antara academia, business, dan government. Hasil penelitian yang dilakukan seringkali tidak dimanfaatkan secara komersial atau dikembangkan sampai skala industri karena kurang diminati kalangan bisnis,” tuturnya. (*)

Penulis: Wiji Astutik

Editor: Binti Q. Masruroh