Pencemaran logam berat menjadi perhatian utama dalam beberapa dekade terakhir di bidang kesehatan masyarakat. Timbal dapat mengikat eritrosit dan selanjutnya terakumulasi di otak, hati, dan ginjal. Setelah mengganggu metabolisme, timbal menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Timbal dapat mengganggu keseimbangan oksidan-antioksidan yang kemudian menyebabkan stres oksidatif. Timbal juga dapat berinteraksi dengan DNA dan mengubah ekspresi gen. Dalam kondisi yang buruk, stres oksidatif mendorong peradangan dan menyebabkan kematian sel bahkan memicu karsinogenesis. Ada tiga mekanisme utama karsinogenesis akibat logam berat yaitu stres oksidatif, kegagalan perbaikan DNA, dan perubahan jalur transduksi sinyal yang sensitif terhadap redoks. Stres oksidatif menjadi asumsi paling menarik yang terkait dengan efek mutagenik logam. Karsinogenisitas dikaitkan dengan ketidakmampuan untuk memperbaiki kerusakan DNA dan menghambat mutasi. Dalam hal ini, diperlukan senyawa antioksidan eksogen diperlukan untuk mengatasi stres oksidatif yang disebabkan oleh timbal.
Gynura procumbens, tanaman tropis dari famili Asteraceae telah terdokumentasi dengan baik untuk aktivitas antioksidannya. Studi pendahuluan kami mengungkapkan bahwa daun dan akar G. procumbens mengandung fenolik dan flavonoid. Akar memiliki antioksidan tertinggi, diikuti oleh daun dan batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi G. procumbens dalam memperbaiki toksisitas timbal, tingkat peroksidasi lipid dalam darah, hati, dan ginjal serta ekspresi gen antioksidan GPx-4. Efek toksisitas pada kultur sel hepatoma juga diamati untuk melihat potensinya sebagai anti kanker. Sejauh pengetahuan kami, ini adalah laporan pertama yang memberikan informasi tentang pemanfaatan stres oksidatif-inflamasi-keganasan tidak langsung menggunakan akar adventif G. procumbens yang berasal dari kultur in vitro.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa selain jaringan hematopoietik, timbal menginduksi stres oksidatif yang terkait dengan peroksidasi membran pada jaringan lain seperti hati, ginjal, testis, jantung, dan otak. Hati merupakan akumulator timbal terbesar diikuti oleh ginjal. Laporan kami sebelumnya mengungkap bahwa daun G. procumbens mampu menurunkan kadar MDA mencit yang dipapar Cd. Aktivitas antioksidan ini sejalan dengan kandungan total fenolik dan flavonoid. Analisis HPLC mengonfirmasi bahwa G. procumbens mengandung polifenol dari subkelompok flavonoid (quercetin, katekin, dan kaempferol). Senyawa bioaktif ini diyakini memediasi ekspresi gen GPx-4 dalam hati. Hal ini dikaitkan dengan kandungan quercetin dalam G. procumbens, sebab diduga quercetin mampu meningkatkan GPx dan menurunkan MDA dalam stres oksidatif yang diinduksi nefrektomi. Selain itu, quercetin meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen pada mencit yang menderita penyakit ginjal kronis.
Tanaman obat juga diyakini sebagai alternatif untuk membunuh sel kanker. Tanaman yang banyak mengandung polifenol berfungsi sebagai antioksidan pada fase pertama karsinogenesis dan memodulasi apoptosis pada fase terakhir karsinogenesis. Polifenol dari G. procumbens mampu mematikan sel kanker hati. Polifenol, terutama quercetin, memediasi apoptosis melalui modulasi beberapa jalur pensinyalan yaitu p53, NF-κB, MAPK, JAK/STAT, PI3K/AKT, dan Wnt/β-catenin. Quercetin menghasilkan mekanisme apoptosis intrinsik melalui aktivasi caspase 6 dan 9. Sebagai kesimpulan, pemberian ekstrak akar adventif G. procumbens dapat berperan mencegah stres oksidatif karena bersifat antioksidan dengan cara menurunkan kadar MDA serta meningkatkan ekspresi gen GPx-4. Akar adventif G. procumbens juga berpotensi sebagai anti kanker pada uji kultur sel Huh7it dengan IC50 = 44,65 mg/L.
Penulis: Dr. Sugiharto, S.Si., M.Si.
Link: : https://www.scienceopen.com/hosted-document?doi=10.15212/bioi-2024-0020 Â Â Â
Baca juga: Akar Rubia Tinctorum sebagai Anti Kanker Payudara