Seiring berjalannya waktu, Universitas Airlangga (UNAIR) terus mengalami evolusi, terutama terkait mobilitas. Beberapa titik penting, seperti tempat parkir, halte bis, hingga tempat ibadah menjadi terpusat. Jika melihat dari perspektif yang berbeda, perubahan ini justru bisa menjadi “harta karun” yang tidak disadari banyak mahasiswa. Dalam era yang serba cepat dan instan, perubahan ini memaksa mahasiswa untuk memperlambat ritme kehidupan mereka. Sebagai contoh, berjalan kaki dari parkiran ke kelas yang memakan waktu sekitar 20 menit, bagi mahasiswa dengan gaya hidup sedentary seperti penulis, ternyata memberikan manfaat yang luar biasa. Tanpa disadari, aktivitas ini membantu meningkatkan mood dan produktivitas.
Secara ilmiah, olahraga ringan seperti berjalan kaki dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah kesehatan mental, mulai dari depresi hingga gangguan memori. Saat kita berolahraga, otak mengenali aktivitas tersebut sebagai bentuk stres dan merespons dengan meningkatkan detak jantung. Hal ini memicu pelepasan Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), protein yang melindungi dan memperbaiki neuron dalam otak, sehingga menciptakan efek “reset” yang membuat kita merasa lebih tenang dan bahagia. Selain itu, olahraga juga meningkatkan produksi endorfin, hormon yang melawan stres dan meningkatkan perasaan optimis. Menariknya, menurut Gretchen Reynolds, manfaat kebahagiaan tertinggi dari olahraga justru didapatkan dari latihan ringan dan singkat, seperti berjalan kaki ke kelas.
Alih-alih mengeluh karena harus berjalan kaki jauh, mungkin ini saatnya kita mengubah perspektif. Setelah seharian diterjang badai teori di kelas, berjalan kaki bisa menjadi momen refreshing sebelum kembali ke kos atau tempat parkir. Sambil menikmati langit biru, gumpalan awan, atau bahkan sekadar mendengarkan suara burung dari speaker kampus, kita bisa menenangkan diri dan mengurangi stres.
Selain manfaat dari aktivitas fisik, ada “harta karun” lain di UNAIR yang masih kurang dimanfaatkan mahasiswa, yaitu Unit Pelayanan Psikologi (UPP). Fasilitas ini sangat berguna bagi mahasiswa yang mengalami stres, kehilangan semangat, atau menghadapi permasalahan hidup lainnya. Dengan biaya yang sangat terjangkau—bahkan mungkin lebih murah dibandingkan harga kopi seminggu—mahasiswa bisa mendapatkan layanan psikologis profesional yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan akademik maupun kehidupan pribadi.
Jadi, alih-alih hanya melihat perubahan ini sebagai hambatan, mengapa tidak memanfaatkannya sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental? Bagaimana menurut kalian, ada lagi harta karun UNAIR yang belum banyak diketahui mahasiswa?
Penulis: Galuh Mega Kurnia, Mahasiswa Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat