Cedera pleksus brakialis (PBI) adalah cedera pada anyaman saraf yang mempersarafi anggota gerak bagian atas, mulai dari bahu hingga jari jemari tangan yang sangat membatasi aktivitas sehari-hari pasien dan menurunkan kualitas hidup. Plexus brakialis dapat dianggap sebagai 5 akar saraf (C5 sampai T1), yang berasal dari segitiga posterior leher dan meluas ke aksila. Tiga hingga enam bulan awal cedera adalah periode emas penanganan oleh seorang dokter dimana hasilnya cukup menggembirakan, walaupun ada kemungkinan pasien PBI tidak menunjukkan tanda-tanda respons pemulihan spontan setelah tiga bulan. Selama tiga bulan tersebut pasien harus diikuti dengan pemeriksaan serial, studi pencitraan, dan pengujian elektrofisiologis. Hilangnya fungsi neurologis secara total diperkirakan terjadi pada 20-24 bulan setelahnya. Hasil dari prosedur tergantung pada beberapa hal diantaranya tingkat keparahan cedera dan fungsi yang masih ada sebelum dilakukannya tindakan operasi.
Berdasarkan studi epidemiologi sebelumnya di RSUD dr. Soetomo Surabaya, diketahui bahwa sebanyak 90% pasien PBI memerlukan suatu tindakan operasi untuk memperbaiki kondisinya
Ada 4 opsi prosedur pembedahan untuk pasien secara garis besar, yaitu : Nerve graft (cangkok saraf), nerve transfer (pemindahan sumber persarafan), external neurolysis (pembebasan saraf dari jeratan jaringan sekitarnya)dan free functional muscle transfer (cangkok otot beserta jalinan persarafan dan pembuluh darahnya). Nerve transfer dilakukan melalui eksplorasi pleksus brakialis supraklavikula dari sayatan di atas tulang selangka (os clavicula) melintang dan pleksus infraklavikula melalui sayatan melintang mulai dari tepi bahu hingga lengan atas (deltopectoral). Nerve graft biasanya menggunakan saraf sural dari betis atau saraf kutan medial lengan bawah di mana lokasi donor masih akan berada di situ sampai transfer saraf dan cangkok saraf melekat pada tunggul akar bagian hulu. External neurolysis merupakan prosedur yang terdiri dari lisis adhesi (perlekatan) dan pelepasan bekas luka enkapsulasi. Dalam free functional muscle transfer, otot gracilis digunakan setelah pengujian kekuatan dan panjang otot yang ekstensif. Cedera PBI diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tipe lengan total, tipe lengan atas dan tipe lengan bawah.
Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif hasil dari empat metode bedah untuk mengobati BPI. Hasil klinis dan fungsional dalam hal kemampuan motorik bahu dan siku, di mana penting untuk mengetahui pendekatan bedah terbaik untuk fungsi pasca operasi pasien yang optimal, dibandingkan, yaitu: Manual Muscle Testing (MMT), Range of Motion (ROM ), Visual Analogue Score (VAS) dan Disabilities of the Arm, Shoulder and Hand (DASH) pada pasien dengan BPI traumatis setelah operasi rekonstruktif di Rumah Sakit Umum Akademik Soetomo Surabaya.
Faktor yang mempengaruhi hasil setelah operasi pleksus brakialis mungkin berhubungan dengan pasien, lesi, atau teknik pembedahan. Dalam beberapa penelitian, usia kemungkinan mempengaruhi hasil motorik dengan hasil yang lebih buruk pada usia yang lebih tua. Selain itu, pasien dengan pendapatan rendah dan pasien dengan kontraktur sendi yang mendasari mungkin merupakan pasien yang kurang baik untuk dilakukan operasi karena kesulitan dalam mencapai perbaikan fungsional yang substansial. Ada beberapa kontraindikasi untuk operasi pleksus brakialis. Secara umum, pembedahan harus dihindari jika pasien tidak secara medis atau psikologis dibersihkan atau dipersiapkan untuk pembedahan atau jika luka atau infeksi lokal menghalangi pendekatan pembedahan.
Sebuah penelitian menarik dilakukan oleh Suroto H et al. yang menciptakan sistem penilaian untuk pasien PBI. Dalam sistem penilaiannya, usia bahkan tidak dimasukkan karena dianggap tidak mempengaruhi hasil PBI pascaoperasi. Nilai skala nyeri visual menunjukkan perbedaan yang signifikan antara transfer saraf, pencangkokan saraf, neurolisis eksternal, dan prosedur transfer otot fungsional bebas
Kesepakatan dalam manajemen PBI, opsi bedah (transfer saraf, pencangkokan saraf, neurolisis, dan transfer otot fungsional) umumnya harus dilakukan dalam waktu enam bulan setelah cedera. Akan tetapi, setiap cedera pleksus brakialis yang belum menunjukkan pemulihan spontan substansial dalam 3 bulan layak untuk dilakukan eksplorasi. Pada PBI postganglionik, prosedur operasi saraf dapat dilakukan sedini mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal. Penelitian lain oleh Lucas et al., pemulihan fungsional yang memuaskan dicapai pada 90,4% kasus dengan neurolisis dan 85,7% kasus dengan pencangkokan saraf.
Penulis: Oleh: Jimmy Kuncoro, Fani Deapsari, Heri Suroto
Judul Jurnal: Clinical and functional outcome after different surgical approaches for brachial plexus injuries: Cohort study
Authors: Jimmy Kuncoro, Fani Deapsari, Heri Suroto
Dipublikasikan di: Annals of Medicine and Surgery
Link: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2049080122004745