Universitas Airlangga Official Website

Hima Battra UNAIR Ajak Masyarakat Manfaatkan Tanaman untuk Produksi Jamu

Suasana saat HIMA Battra Pengabdian Masyarakat di Gresik. (Foto: Istimewa)
Suasana saat HIMA Battra Pengabdian Masyarakat di Gresik. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa (Hima) Pengobat Tradisional (Battra) UNAIR merayakan momentum Hari Jamu Nasional dalam bentuk Pengabdian Masyarakat (Pengmas). Kegiatan itu terlaksana pada Sabtu (27/5/2023) di Desa Sedapur Klagen, Benjeng, Gresik. Kegiatan itu mengajak masyarakat untuk produksi jamu dengan memanfaatkan tanaman.

Dengan mengusung tema Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif Musculoskeletal Disorders melalui Pendekatan Pengobatan Tradisional Terhadap Masyarakat. Dalam hal ini, Hima Battra UNAIR tak sendiri, melainkan berkolaborasi dengan empat universitas lainnya, yang tergabung dalam organisasi Perkumpulan Pendidikan Tinggi Kesehatan Tradisional Indonesia (PPTKTI). Antara lain: Universitas Bhakti Wiyata Kediri, Poltekkes Surakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Hindu Indonesia.

Berdasarkan Kondisi

Ketua Panitia Nabyla Raissa Maheswari memaparkan bahwa kondisi di desa Sedapur, penduduk kerap jalan kaki meski jaraknya cukup jauh. Selaras dengan hal itu, tak sedikit pula mengalami gangguan musculoskeletal disorder atau penyakit yang berhubungan dengan otot dan tendon. Untuk itu, pengmas Battra hadir dengan metode back to nature, dengan memanfaatkan beberapa bahan tanaman herbal yang tumbuh di desa tersebut seperti temulawak dan kunyit untuk produksi jamu. 

“Terlebih kunyit diklaim mengandung kurkumin, desmetoksikurkumin dan bioaktif yang mampu mengurangi nyeri dan memperbaiki sendi,” jelasnya.

Resep Jamu

Dalam prosesnya, tim menjelaskan hanya dengan memanaskan 5 gelas air hingga mendidih kemudian memasukkan ramuan jamu. Seperti Biji adas 3 gram, Herba rumput bolong 5 gram, Rimpang temulawak 15 gram, Rimpang kunyit 15 gram, dan Herba meniran 5 gram. Lalu menunggu hingga kurang lebih 15 menit dengan api kecil. Lalu mendiamkannya hingga hangat. Terakhir menyaring antara ramuan dan airnya. Jamu pun siap tersaji dan dapat diminum 3x sehari.

Di samping itu juga, tim pengmas mengedukasi warga mengenai akupuntur dan akupresur sebagai penanganan muskuloskeletal disorder. “Pada saat sesi ini, masyarakat sangat antusias mengikutinya, bahkan warga yang sebelumnya tidak mengikuti sesi pembuatan jamu. Namun, tetap berdatangan, untuk menyaksikan terapi akupuntur,” ujar Ketua Panitia.

Melihat antusias warga, kata Nabyla, rasanya senang dan haru. Beberapa warga mengatakan sangat terbantu dengan adanya pengmas ini sehingga bisa mempraktikkan akupresur maupun pengolahan jamu. Oleh sebabnya, tim pengmas berharap semoga berkelanjutan agar senantiasa dapat meningkatkan kesadaran preventif dan dapat memperkaya pengetahuan dalam bidang Battra. 

Penulis: Viradyah Lulut Santosa

Editor: Khefti Al Mawalia