Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan yang paling banyak terjadi pada anak terutama usia 0-14 tahun. Leukemia limfoblastik akut menjadi penyebab dari 80% kasus leukemia di anak-anak (0-14 tahun) dan 56% kasus leukemia di remaja (15-19 tahun). Di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, LLA merupakan kasus tertinggi malignansi pada anak di tahun 2016-2020, dengan prevelansi 82.8% dari total pasien kanker anak atau rata-rata 126 kasus baru pertahunnya.
Salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkan di kasus leukemia limfoblastik akut pada anak adalah hiperleukositosis yaitu suatu keadaan dimana jumlah leukosit di darah perifer melebihi 100 x 109/L. Kondisi tersebut dapat meningkatkan kekentalan darah dan menyebabkan agregasi leukosit dan penggumpalan serta penyumbatan mikrovaskuler yang dikenal dengan istilah leukostasis. Leukostasis dapat disebut juga dengan symptomatic hyperleukocytosis yang bermanifestasi sebagai komplikasi respiratoris dan neurologis, dengan gejala sesak, kejang, penurunan kesadaran hingga dapat menyebabkan kematian. Jumlah leukosit yang sangat tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya sindroma tumor lisis yang merupakan manifestasi dari destruksi sel-sel kanker yang terjadi secara rapid dan melepaskan ion-ion intraseluler yang dapat menyebabkan hiperkalemia, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi maka diperlukan tata laksana yang cepat untuk menurunkan kadar leukosit di dalam darah. Tata laksana awal pada hiperlekositosis adalah menurunkan kekentalan /viskositas darah dengan memberikan hidrasi dengan infus cairan sebanyak 3000 mL/m2 atau satu setengah kali kebutuhan rumatan. Alkanisasi urine menggunakan natrium bikarbonat 25-50 mEq/500 mL untuk mempertahankan pH urin di angka 7.5 serta pemberian alopurinol untuk menurunkan kadar asam urat. Jika terapi ini tidak menurunkan kadar leukosit maka diperlukan terapi sitoreduksi dengan cara transfusi tukar atau leukoferesis. Transfusi tukar merupakan prosedur dimana darah pasien diambil sedikit-demi sedikit dan digantikan dengan darah donor dengan jumlah yang sama agar dapat mengeluarkan sel leukemia yang berlebih. Sedangkan leukapheresis merupakan tindakan pemisahan darah putih dari darah pasien dengan menggunakan alat dan mengembalikan darah pasien kembali dengan limfoblast yang telah tereduksi karena pemisahan dengan alat tersebut.
Rasya Azka Lazuwardi, Mia Ratwita Andarsini, Yetti Hernaningsih. Clinical and laboratory effects of exchange transfusion in pediatric acute lymphoblastic leukemia with hyperleukocytosis. Paediatr Indones. 2023;63:464-71; DOI: https://doi.org/10.14238/pi63.6.2023.464-71