Disfungsi ereksi (DE) adalah suatu kondisi yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi untuk melakukan hubungan seksual. Pada pria, disfungsi ereksi adalah penyebab paling umum dari disfungsi seksual disusul kemudian ejakulasi dini. ED terjadi pada sekitar 2% pria di bawah usia 40 tahun, tetapi angka ini meningkat sebesar 15% antara usia 40 dan 50 tahun, mencapai 45% pada usia 60 tahun dan 70% pada usia 70 tahun.
Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap DE, seperti obesitas, penyakit diabetes, dislipidemia, hipertensi, gangguan neurologis, dll. Penyebab DE yang paling umum adalah hipertensi. ginjal, diabetes melitus, dan penyakit arteri koroner. Menariknya, prevalensi DE cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dan juga semakin meningkat seiring meningkatnya insidensi sindroma metabolik.
DE dan gangguan metabolik memiliki hubungan yang menarik. Masalah metabolik menyebabkan gangguan vaskular sehingga berdampak pada fungsi endotel.Disfungsi endotel biasanya didefinisikan sebagai gangguan bioavailabilitas oksida nitrat, penurunan vasodilatasi, dan eksaserbasi inflamasi yang berujung pada lesi aterosklerotik. Proses ini juga yang berlangsung pada kasus DE. Sehingga tidak salah jika menjadikan insidensi DE sebagai parameter atau prediktor kejadian penyakit jantug koroner di kemudian hari.
Pemeriksaan darah yang sederhana ternyata bisa dijadikan prediktor terjadinya inflamasi pada kasus disfungsi ereksi pada pria. Parameter seperti perbandingan neutrofil-limfosit (NLR), dan juga perbandingan platelet-limfosit (PLR). Hal yang sama juga ternyata ditemukan pada kasus penyakit peyronie. Perbandingan antara kedua parameter ini dapat dijadikan untuk menilai progresivitas penyakit peyronie apakah dalam fase akut atau dalam fase kronis.
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan perbedaan yang signifikan pada NRL dan PLR antara stadium akut dan kronis PD begitu juga dengan kejadian disfungsi ereksi. Berdasarkan pertimbangan di atas, kami melakukan tinjauan sistematis dan meta-analisis untuk memvalidasi asosiasi NLR, PLR, dan ED serta kejadian penyakit peyronie. Memang, kami berharap bahwa kesimpulan komprehensif dari meta-analisis ini akan mendorong peran penting pengujian hematologis dalam diagnosis dan prediksi ED, terutama PD.
Kami melakukan meta-analisis dari studi observasional dengan mencari kata kunci yang sesuai di delapan database dengan menggunakan kata kunci tertentu. Risiko bias pada publikasi dari studi yang disertakan juga dilakukan penilaia untuk mendapatkan hasil yang valid. Terdapat sebelas studi yang memenuhi syarat dari 411 studi yang diperoleh dari internet. Delapan penelitian dilakukan pada kasus disfungsi ereksi, dan hanya tiga penelitian pada penyakit Peyronie. Hasil analisis yang kami lakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara NLR, PLR dan ED. Dengan nilai NLR dan PLR yang cenderung lebih tinggi dibandingka yang tidak. Hal ini berarti ada kemungkinan proses inflamasi yang terjadi pada pasien DE.
Hal yang sama juga ditemukan pada kasus Peyronie. Fase aktif peyronie cenderung memiliki NLR dan PLR yang lebih tinggi dibandingkan fase kronis. Semua penelitian yang terlibat tidak ada bias publikasi baik pada studi ED dan PD. NLR dan PLR menunjukkan proses inflamasi yang sedang berlangsung baik di ED maupun PD. Temuan ini dapat digunakan sebagai penanda pengobatan dan prognosis dari kedua penyakit dalam perawatan kesehatan seksual.
Hubungan yang mungkin atas paramter-parameter ini adalah bahwa neutrofil secara alami menghasilkan banyak agen inflamasi, seperti myeloperoxidase yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan. Sebagai perbandingan, limfosit adalah komponen darah yang mengatur jumlah neutrofil . Di sisi lain, trombosit berperan dalam pembentukan fibrin yang biasa ditemukan pada kasus penyakit Peyronie karena cedera dan peradangan. Fibrin juga merupakan kemoatraktan terhadap makrofag, neutrofil, dan fibroblas. Kemudian masuknya leukosit dan makrofag akan menumpuk dan sulit didegradasi, sehingga terjadi produksi serat dan kolagen. Mekanisme ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan peningkatan NLR dan PLR pada fase akut karena proses inflamasi masih masif.
Keterbatasannya adalah, dalam hal evaluasi DE, meskipun jumlah penelitiannya cukup besar, secara mengejutkan 7 dari 8 penelitian dilakukan di Turki. Keberagaman lokasi studi sangat penting untuk menambah kekuatan hasil studi. Selain itu untuk analisi kasus Peyronie, masih sedikit penelitian yang dilaporkan.
Penulis: Cennikon Pakpahan
Jurnal: The interplay between neutrophil-lymphocyte ratio, platelet-lymphocyte ratio, erectile dysfunction, and Peyronie’s disease: A meta-analysis
of observational studies
Link: https://www.pagepressjournals.org/index.php/aiua/article/view/11162