Stunting adalah salah satu kegagalan mencapai perkembangan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur karena kekurangan zat gizi kronis sehingga anak menjadi lebih pendek dari usianya. Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting dimana lebih dari sepertiga anak berusia dibawah lima tahun tingginya berada di bawah rata-rata. Perilaku pencegahan stunting yang tidak teratasi akan menyebabkan dampak jangka pendek yaitu angka kematian dan kesakitan meningkat dan jangka panjang yaitu penurunan prestasi belajar, kapasitas dan produktifitas kerja.
Stunting terjadi akibat tidak terpenuhinya gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupan dan berakibat pada terganggunya perkembangan anak. Periode emas 1000 hari pertama kehidupan sangat dibutuhkan untuk memenuhi gizi anak sehinga anak dapat berkembang secara optimal dan perkembangan otak anak terjadi dengan pesat. Anak yang mengalami stunting akan mengurangi kesempatan seorang anak untuk bertahan hidup dan juga menghalangi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dan menimbulkan konsekuensi berbahaya jangka panjang untuk kemampuan kognitif, kinerja sekolah dan masa depan anak itu sendiri. Stunting dapat menyebabkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan aset dan investasi bangsa yang lebih maju menjadi terhambat, produktifitas dan daya saing bangsa juga akan menurun.
Menurut Nolla J Pender Perilaku sebelumya yang sering dilakukan dimasa lalu secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada perilaku yang dapat meningkatkan status kesehatan. Perilaku pada masyarakat yang tinggal di suatu daerah yang kental akan budayanya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat tersebut. Pulau Madura dihuni oleh Suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi besar di Indonesia. Suku Madura kental dengan budayanya yang mengutamakan keagamaan dan kebudayaan nenek moyang sehingga Ilmu Pengetahuan diabaikan. Bagi masyarakat Madura kepercayaan nenek moyang sudah diyakini kebenarannya sehingga masyarakat Madura kurang maksimal dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada seperti Puskesmas, sehingga saat hamil Ibu kurang mendapatkan layanan yang maksimal dari Puskesmas untuk pemenuhan gizi tersebut seperti tidak mendapatkan tablet zat besi, asam folat, iodium, obat cacing serta Imunisasi lengkap yang berperan terhadap pencegahan stunting saat hamil. Fenomena lain yang terjadi yang berhubungan dengan kebudayaan Suku Madura tersebut adalah konsumsi makanan yang dianggap tabu, padahal makanan tersebut berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak ketika anak berada di dalam Rahim seperti cumi, udang, dan beberapa jenis unggas dengan alasan ketika nanti anak lahir akan menyerupai jenis hewan yang dimakan. Perilaku tabu tersebut akan berperan terhadap kecukupan gizi baik mikronutrient maupun makronutrien. Ibu hamil di Suku Madura yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dari Puskesmas secara maksimal maupun tidak mengkonsumsi makanan tinggi protein yang dianggap tabu tersebut menyebabkan Ibu hamil memiliki risiko mempunyai anak stunting. Oleh karena itu, perilaku pencegahan terjadinya stunting menjadi prioritas untuk dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas, sehat, berkualitas, dan berdaya saing tinggi.
Penulis: Dr. Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes
Jurnal: Mother’s Eating Behavior During Pregnancy and Family Income with Malnutrition: Stunting Prevention in Madura, Indonesia (Mother’s Eating and family Income with Stunting Prevention)