Kepadatan penduduk Indonesia yang tinggi dan mayoritas penduduk beragama Islam mendorong peningkatan permintaan daging domba secara signifikan selama musim perayaan. Namun, kendala produksi lokal dan efisiensi reproduksi yang kurang optimal telah meningkatkan harga secara substansial. Untuk mencegah kepunahan populasi domba asli, ada kebutuhan kritis untuk fokus pada praktik pembiakan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi reproduksi. Domba ekor tipis, juga dikenal sebagai domba lokal atau domba desa, adalah ras asli yang dibesarkan di Indonesia, dan domba ini sebagian besar dibesarkan untuk produksi daging. Keragaman genetik domba lokal di Indonesia tercermin dari ciri fisik dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi tropis, yang dapat bervariasi berdasarkan asal geografis dan lingkungan lokal tempat mereka dibesarkan.
Pada domba, jumlah anakan dianggap sebagai karakteristik reproduksi yang signifikan yang menawarkan peluang besar keunggulan ekonomi. Mencapai peningkatan genetik yang cepat dari sifat-sifat reproduksi melalui teknik pemuliaan konvensional merupakan tugas yang berat karena heritabilitas yang terbatas dan fakta bahwa sebagian besar sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak gen. Seleksi dengan bantuan penanda dapat digunakan untuk meningkatkan ukuran serasah dan mengoptimalkan efisiensi produksi. INHA memainkan peran penting dalam mengatur fungsi ovarium dan sekresi hormon, yang memengaruhi sifat-sifat reproduksi seperti ukuran serasah. Inhibin adalah heterodimer dari subunit alfa dan beta yang dihubungkan melalui dua ikatan sulfur. Subunit beta dapat dikategorikan menjadi tipe A dan B. Dua varian INH (INHA dan INHB) telah diidentifikasi. Inhibin A terdiri dari subunit alfa dan subunit beta A; inhibin B terdiri dari subunit alfa dan subunit beta B. Inhibin termasuk dalam superfamili transforming growth factor-β (TGF-β) dan terutama berfungsi untuk menghambat sintesis dan pelepasan hormon perangsang folikel (FSH).
INHA telah dikaitkan dengan keberhasilan reproduksi pada babi Suhuai dan kambing hitam Dazu. Inhibin memodulasi proses reproduksi melalui mekanisme endokrin, parakrin, dan autokrin, yang memberikan efek utamanya pada kelenjar pituitari. INHA menghambat pelepasan FSH dan memberikan kontrol lokal pada sintesis estrogen. Kadar FSH dan estrogen yang meningkat dikaitkan dengan peningkatan ovulasi pada hewan, sehingga meningkatkan kemungkinan kelahiran kembar. Akibatnya, INHA berdampak signifikan pada jumlah anakan. Hasil ini menunjukkan bahwa SNP di wilayah regulasi 5′UTR gen INHA secara signifikan terkait dengan kinerja reproduksi dan dapat meningkatkan pembiakan pada babi Suhuai. Gen INHA pada domba terdiri dari dua ekson dan satu intron. Gen INHA dikenal sebagai kandidat yang menjanjikan untuk mempelajari jumlah anak pada ternak, tetapi studi tentang polimorfisme INHA yang terkait dengan sifat reproduksi pada domba Indonesia masih kurang. Peningkatan kinerja reproduksi sangat penting dalam industri penggemukan dan pembiakan domba. Di Indonesia, di mana peternakan sangat bergantung pada peternakan individu dan kecil, peningkatan sifat jumlah anak pada domba dapat meningkatkan pendapatan petani secara substansial. Gen inhibin alfa (INHA) saat ini dikenal sebagai kandidat gen yang terkait dengan jumlah anak pada domba, kambing, dan babi. Penelitian sebelumnya telah menyoroti pemilihan spesifik gen INHA pada domba dengan kesuburan tinggi. Ekson 2 gen INHA sangat menarik, karena berbagai ras domba menunjukkan variasi nukleotida pada ekson ini. Variasi ini diyakini berkontribusi pada peningkatan jumlah anak dan peningkatan kinerja reproduksi pada domba. Mengidentifikasi SNP dan menganalisis hubungannya dengan jumlah anak sangat penting untuk memahami dasar genetik sifat reproduksi. Oleh karena itu, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi polimorfisme INHA pada domba berekor tipis melalui pengurutan dan analisis hubungannya dengan jumlah anak.
Mutasi non-sinonim bertanggung jawab atas substitusi asam amino dan dapat berdampak signifikan pada sifat kompleks. Misalnya, mutasi titik pada BMP15, MTNR1A, BMP7, dan BMP2 telah terbukti memengaruhi jumlah anak secara signifikan. Secara konsisten, mutasi sinonim pada gen faktor homeobox 1 yang diinduksi TGF-β sangat terkait dengan jumlah anak pada domba Han berekor kecil. Variasi genetik yang signifikan diidentifikasi dalam gen polipeptida beta hormon luteinisasi, yang menunjukkan hubungan yang kuat dengan jumlah anak pada domba Han berekor kecil. Secara konsisten, mutasi sinonim pada FSHR sangat berkorelasi dengan jumlah anak pada domba Han berekor kecil dan domba Hu. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya perubahan genetik sebagai penanda yang berharga untuk meningkatkan kesuburan domba.
Hubungan antara prodomain BMP15 dan INHA telah ditetapkan dengan kuat, yang menunjukkan bahwa prodomain BMP15 mungkin mengawasi kolaborasi antara BMP15 dan GDF9. Meskipun tidak ada bukti langsung dari interaksi fisik antara prodomain GDF9 dan INHA, dengan mempertimbangkan fungsi prodomain dalam anggota keluarga TGFB terkait, masuk akal bahwa prodomain GDF9 juga dapat berinteraksi dengan INHA untuk memodulasi fungsi pasca-sekresi mereka. Dalam regulasi fungsi ovarium dalam keluarga TGF-β, AMH dan inhibin memainkan peran yang saling melengkapi. Peningkatan ekspresi INHA dalam ovarium domba FecBBB/B+, yang bertanggung jawab untuk mengkodekan subunit inhibin-α, menunjukkan potensi hubungan dengan kadar inhibin. Jaringan interaksi protein memainkan peran penting dalam memahami fitur rumit seperti reproduksi, karena banyak proses fisiologis bergantung pada hubungan antara banyak protein. Protein INHA berinteraksi dengan banyak protein yang terlibat dalam pertumbuhan folikel, termasuk GDF9, AMH, FSHR, dan BMP15. Pada gen g.236311367G>A dari INHA, domba berekor tipis dengan alel tipe mutan (GA, AA) memiliki anak lebih banyak daripada domba betina dengan alel tipe liar (GG). Hasil ini menunjukkan bahwa INHA dapat berperan dalam perkembangan folikel ovarium, terutama ketika ada mutasi sinonim. Ini dapat bekerja dengan GDF9, AMH, FSHR, dan BMP15. Ini dapat menjelaskan variasi kesuburan yang dilaporkan pada domba Indonesia berekor tipis. Temuan kami menunjukkan bahwa mutasi sinonim dalam INHA dapat berkontribusi untuk meningkatkan sifat ukuran anak pada domba.
Penelitian ini mengidentifikasi total tiga lokasi SNP (g. 236311141, g. 236311367, dan g. 236311368) pada gen INHA domba ekor tipis Indonesia. Di antara lokus-lokus ini, SNP g.236311367G>A ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan jumlah anak. Lokus g.236311367G>A berpotensi berfungsi sebagai penanda genetik untuk sifat reproduksi, termasuk jumlah anak, untuk tujuan pembiakan di masa mendatang.
Penulis: Prof. Dr. Mustofa Helmi Effendi, drh., DTAPH
Link: https://doi.org/10.5398/tasj.2024.47.3.273
Baca juga: Hubungan Melatonin 1A dengan Ukuran Kelahiran Anak Domba