Pemanfaatan ikan predator larva nyamuk telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sebagai bagian dari program 3M Plus Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Ikan yang telah diaplikasikan adalah ikan cupang atau dikenal dengan nama Betta splendens. Media massa telah memberitakan dinas kesehatan membagikan ikan cupang kepada masyarakat. Upaya mengontrol populasi nyamuk stadium larva lebih mudah dibandingkan nyamuk stadium dewasa karena populasi stadium larva berada dalam satu wadah air terbuka yang dapat dijangkau oleh manusia. Berbeda dengan nyamuk dewasa yang dapat terbang berpindah-pindah tempat sehingga tidak optimal mengendalikan nyamuk dewasa dalam jumlah yang banyak dalam satu tempat. Alasan yang lain adalah penggunaan ikan dikarenakan ikan lebih ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan bahan kimia, mengurangi kejadian larva nyamuk resisten terhadap bahan kimia.
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus, yang ditularkan melalui perantaraan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini sudah berlangsung sangat lama sejak tahun 1968 dan telah menyebar di seluruh Provinsi di Indonesia. Sebenarnya masih banyak penyakit yang ditularkan oleh ke dua spesies nyamuk tersebut, seperti chikungunya, demam kuning atau yellow fever, west nile virus, zika, dan cacing filariasis. Dengan demikian, kontrol populasi nyamuk dan pemutusan siklus hidup nyamuk menjadi perhatian yang serius agar populasi nyamuk tidak meledak tinggi, menyebar ke berbagai tempat dan menyebabkan wabah luar biasa.
Kami melakukan eksplorasi ikan lain yang dimanfaatkan sebagai predator larva nyamuk, yaitu ikan barbir. Ikan barbir memiliki nama latin Pethia conchonius. Ikan barbir jantan memiliki badan yang berwarna orange dan perut lebih ramping, sedangkan ikan betina memiliki warna lebih pucat dan perutnya lebih bulat. Ikan ini mempunyai warna hitam pada ujung sirip punggung dan pangkal ekor sebagai ciri karakteristiknya. Ikan barbir sangat mudah ditemukan di pasar ikan dan maupun toko ikan, dengan harga yang murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat, yaitu 3.000-4.000 rupiah.
Penelitian eksperimen ini dilakukan pada tahun 2022. Kami menguji ikan barbir kelamin jantan dan betina panjang tubuh 5-5,5 cm dari mulut hingga ujung sirip ekor. Nyamuk yang diuji adalah spesies Aedes aegypti tahap larva dan tahap pupa. Satu akuarium dengan ukuran 14 cm (panjang) x 14 cm (lebar) x 24 cm (tinggi) diisi dengan 2 liter air keran, dimasukkan 1 ekor ikan, dan 25 larva atau 25 pupa. Setelah memasukkan larva atau pupa nyamuk ke dalam akuarium, kemudian kami mencatat waktu yang diperlukan oleh ikan barbir untuk memakan larva atau pupa sampai habis. Pengujian ini dilakukan pada pagi hari jam 09.00 WIB.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata waktu makan ikan barbir jantan terhadap larva adalah 12,03 menit dan pupa 2,83 menit. rata-rata waktu makan ikan barbir betina terhadap larva adalah 11,70 menit, dan pupa 4.28 menit. Hasil analisis secara statistik menyimpulkan bahwa ikan barbir jantan dan betina mempunyai rata-rata waktu makan yang tidak berbeda terhadap larva maupun pupa nyamuk Aedes aegypti. Harapannya hasil penelitian ini dapat menjadi data primer untuk mengungkap potensi ikan barbir sebagai ikan predator nyamuk stadium larva maupun pupa di tempat penampungan air.
Penulis: Hebert Adrianto et al (2023).
Informasi detail riset ini dapat diakses di: https://www.phcogj.com/article/2118
Male and Female Rosy Barb Fish (Pethia conchonius) Predation Time Against Aedes aegypti Mosquito Larva and Pupa Stage in the Morning. Pharmacognosy Journal,2023,15,5,781-785.