Universitas Airlangga Official Website

Ikuti Konferensi Internasional, Mahasiswa FIB Jadi Delegasi Termuda

Delegasi FIB UNAIR dalam The 5th Se-Asia Biennial International Conference 2024 di UP Diliman (Foto: Istimewa)
Delegasi FIB UNAIR dalam The 5th Se-Asia Biennial International Conference 2024 di UP Diliman (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) kembali cetak prestasi dan harumkan nama almamater. Empat mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR terpilih menjadi delegasi untuk mempresentasikan proyek riset dalam “The 5th Se-Asia Biennial International Conference 2024”. 

Acara konferensi terselenggara di University of The Philippines Diliman pada Kamis-Sabtu (18-20/7/2024). Tercatat kurang lebih 200 tim delegasi hadir dalam acara tersebut untuk mempresentasikan proyek riset mereka. Para delegasi ini kemudian terbagi menjadi sekitar 60 panel sesuai dengan sub-tema riset. Ajang bergengsi ini tidak hanya diikuti negara Asia saja, melainkan juga dari negara-negara di Eropa.

Mahasiswa yang mewakili FIB UNAIR itu terdiri dari Ilham Baskoro, Aidatul Fitriyah, Retno Asih Firnanda, dan Mulia Ardy Boe Nainggolan. Keempatnya berasal dari beberapa program studi, di antaranya Bahasa dan Sastra Inggris, Ilmu Sejarah, dan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam hal ini, mereka mempresentasikan proyek riset mengenai Historical and Representation of Jaranan Mataraman in Sanan Village, Blitar dalam acara helatan The University of the Philippines Asian Center (UP Asian Center) itu. Baskoro menyebutkan bahwa proyek riset ini berlangsung saat pelaksanaan PPK Ormawa BSO Pakarsajen di Blitar pada tahun 2023 lalu. 

Menurut Baskoro, konferensi ini merupakan momentum yang tepat untuk mem-branding kesenian lokal Jaranan Mataraman yang kurang mendapatkan atensi masyarakat. “Melalui acara ini, kami ingin mengenalkan Jaranan Mataraman agar dapat diketahui secara luas, hingga kancah internasional,” ujarnya.

Perjalanan menuju puncak acara ini tak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya, kekhawatiran terhadap gap antara para peserta delegasi lainnya yang ada dalam forum. Sebab, delegasi FIB tersebut harus berhadapan dengan para akademisi dan peneliti senior dalam forum. Terlebih, mereka menjadi satu-satunya peserta delegasi termuda dalam ajang konferensi Internasional itu. 

Tentu menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Baskoro dan tim, tetapi justru tak menyurutkan nyali mereka. Tim delegasi FIB UNAIR berhasil mempresentasikan proyek mereka dan mendapatkan respons positif dari para delegasi lainnya.

“Kami merasa sangat senang dapat membawa nama UNAIR ke forum internasional. Terlebih kita mendapatkan acknowledge dan di-notice baik dari para delegasi lainnya. Mengingat jenjang pendidikan kita masih undergraduate student dan harus menghadapi para mahasiswa magister, doktor, profesor, hingga peneliti dari lembaga profesional,” ungkap Baskoro. 

Selanjutnya, Afriya juga mengungkapkan, bahwa konferensi ini tidak hanya menjadi momentum untuk bertukar gagasan. Namun, menjadi peluang emas dalam berjejaring dengan para praktisi akademisi dan peneliti profesional dari seluruh dunia.

“Relasi di forum konferensi sangat worth it untuk karir di masa mendatang. Melalui forum ini, kita bisa duduk satu meja dengan orang hebat dan mendapatkan valuable insight dari hasil diskusi,” tuturnya. 

Di akhir, Afriya menilai bahwa mahasiswa harus memiliki target plan yang jelas selama studi. Afriya menyebutkan mahasiswa dapat memilih beberapa opsi kegiatan yang dapat menunjang karir. Contohnya, berprestasi secara akademik melalui kompetisi dan kegiatan konferensi internasional, atau mengikuti kegiatan skill development seperti magang dan organisasi. 

Penulis: Annisa Nabila

Editor: Yulia Rohmawati