Universitas Airlangga Official Website

Jangan Rendah Diri, Tapi Rendah Hati

Saya beberapa kali menulis tentang harga diri bangsa Indonesia sebagai negara yang besar. Namun kali ini saya ingin menulis lagi setelah membaca nasihat Prof Mohammad Nasih rektor Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya kepada para wisudawan.

Seperti diketahui, UNAIR mewisuda 742 mahasiswa pada Minggu (4/12/2022).  Pada kesempatan itu Prof Nasih berpesan agar lulusan UNAIR tidak boleh merasa minder dengan almamaternya. Itu terlihat dari ranking UNAIR di tataran global yang naik menjadi 369 dalam QS WUR harusnya menjadi kebanggaan.

“UNAIR itu bukan hal yang main-main, sehingga kalian semuanya tidak boleh minder, tidak boleh rendah diri. Harus menunjukkan keberanian Anda,” ungkap dia dalam keterangannya di laman UNAIR.

Rasa rendah diri, lanjut Prof Nasih, merupakan sebuah kelemahan. Rasa rendah diri akan menghambat proses-proses kemajuan diri sendiri. “Padahal jargon kita adalah rendah hati, bukan rendah diri. Anda semua tidak layak untuk rendah diri,” jelas Prof Nasih Para wisudawan tidak boleh rendah diri, karena bukan merupakan hal mudah bagi seseorang untuk diwisuda.

Kalau kita membaca sejarah Indonesia, maka kita bisa melihat bagaimana presiden pertama RI Ir Ahmad Soekarno (dan para sahabatnya) selalu memotivasi bangsa akan besarnya negara Indonesia dengan berbagai kekayaan yang dimiliki. Karena itu tidak boleh menjadi bangsa yang mider. Walaupun setelah kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merupakan salah satu negara miskin di dunia, Kota Jakarta masih seperti kampung dan desa sampai-sampai pihak luar negeri menyebut Jakarta sebagai The Big Village.

Berbagai pemberontakan terjadi di masa itu. Namun ketika Presiden Soekarno berkunjung ke berbagai negara seperti Amerika Serikat. Kuba, Yugoslavia, Uni Sovyet, Afghanistan, Mesir, Kamboja, Brasil, Ghana, Jepang, Arab Saudi, Italia, Vatikan, Tunisia, Filipina, dan sebagainya (menurut putra sulung presiden Soekarno, Guntur Sukarnoputra, ayahnya sudah mengunjungi 60 negara), Bung Karno, begitu panggilan khas beliau, dielu-elukan ribuan orang di pinggir jalan negara-negara tersebut karena reputasi beliau yang kharismatik dan memperjuangkan kemerdekaan negara-negara yang masih dijajah. Bung Karno juga berpidato berapi-api di setiap negara yang dikunjungi, bahkan berpidato di depan Kongres Amerika Serikat di Washington DC dimana beliau berbicara tentang nilai-nilai luhur Pancasila. Bung Karno sebagai presiden Indonesia tidak rendah diri sebagai bangsa Indonesia.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga menunjukkan harga diri bangsanya ketika dalam pidatonya mengucapkan “Rusia adalah kekuatan seribu tahun yang besar, sebuah negara peradaban”. Penggalan kalimat dalam pidatonya itu ditujukan kepada Amerika Serikat dan sekutunya NATO untuk tidak menginjak harga diri Rusia karena Rusia adalah bangsa besar.

Menteri Luar Negeri India Dr S Jaishankar pada saat ditanya seorang moderator wanita di acara GLOBSEC (Global Security) 2022 Bratislava Forum di Republik Slovakia (berlangsung tanggal 2-4 Juni 2022) dengan sebuah pertanyaan keras tentang sikap India terhadap konflik Rusia Vs Ukraina – apakah memihak kubu Barat (AS dan Eropa) atau kubu Cina/Rusia, karena memang di dunia ini faktanya ada dua kubu itu. Sang menteri dengan keras dan tegas mengatakan “that the construct you are trying to impose on me” (itu konstruksi pikiran Anda yang Anda paksakan kepada saya” dan mengatakan “totally disagree” ketidak setujuannya atas pertanyaan itu.

Menteri Jaishankar mengatakan dengan keras “I don’t accept that India has to join either the US axis or China axis. We are one-fifth of the world’s population, fifth or sixth largest economy in the world. We are entitled to weigh our own side”, yang intinya mengatakan “Jangan paksa kami memihak dua kubu itu. Kami adalah negara yang penduduknya 1/5 penduduk dunia, kekuatan ekonomi ke lima ke enam dunia. Karena itu kami punya hak untuk menentukan sikap kami sendiri. Pernyataan Menlu India itu menunjukkan bahwa bangsa India tidak rendah diri.

Ketika saya berkunjung ke kampus Stanford University di Amerika Serikat, pejabat yang menyambut rombongan kami mengatakan “selamat datang di Stanford University dimana para alumninya telah mengubah dunia”. Memang sejak tahun 1930 perguruan tinggi terkemuka di dunia ini telah melahirkan lebih dari 39.900 perusahaan yang sebagian besar adalah perusahaan skala dunia dan bergerak di bidang teknologi. Stanford University mempelopori pembangunan kawasan teknologi canggih di Silicon Valley dekat kampusnya dan disebutnya sebagai “arsitek akademi”. Para lulusan Stanford ini adalah orang-orang terkenal yang membangun perusahaan IT terkemuka dunia seperti Google, Nike, Cisco, Hewlet – Packard, Yahoo, Charles Schwab, Netflix, Tesla dll.

Contoh-contoh tentang sikap tidak rendah diri di atas sangat sesuai dengan nasihat Prof Nasih kepada para wisudawan UNAIR bahwa mereka tidak boleh rendah diri terhadap almamaternya mengingat UNAIR ini sudah mencapai ranking dunia di angka 300-an, sebuah pencapaian yang luar biasa karena dicapai dalam waktu singkat.

Jangan rendah diri, tapi harus rendah hati.