Ada yang istimewa memang, jika berbicara tentang Juni. Bahkan sastrawan kondang seperti Sapardi membuat karya yang fenomenal tentang bulan ini. Namun, dalam ulasan ini saya tidak akan mengulas Juni dengan segala keromantisan seperti yang dituangkan dalam karya puisi oleh Sapardi. Juni dan kebangsaan akan menjadi titik temu yang akan saya jabarkan.
Pertama, Juni dikatakan sebagai bulan Pancasila. Kita semua tahu, 1 Juni menjadi momen bersejarah bagi bangsa ini, hingga Presiden Jokowi Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila, menetapkan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila. Dalam Keppres tersebut sangat jelas dijabarkan bahwa Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia harus diketahui asal usulnya oleh bangsa Indonesia dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi, sehingga kelestarian dan kelanggengan Pancasila senantiasa diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Masih dalam Kepres itu pula dijelaskan bahwa untuk pertama kalinya Pancasila sebagai dasar negara diperkenalkan oleh Ir. Soekarno, Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 1 Juni 1945. Dan yang menjadi istimewanya Juni, ada peristiwa yang melahirkan Piagam Jakarta seperti yang tertuang dalam Keppres tersebut bahwa sejak kelahirannya pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila mengalami perkembangan hingga menghasilkan naskah Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 oleh Panitia Sembilan dan disepakati menjadi rumusan final pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Istimewa bukan?
Untuk itu, bulan Juni menjadi refleksi kebangsaan dari lahirnya satu peristiwa besar yang menjadi sebuah ideologi bangsa yang besar. Tidak hanya itu, bulan Juni seharusnya menjadi momen penguatan kembali akan nilai-nilai luhur yang termaktub dalam lima sila. Semoga, dengan penetapan 1 Juni sebagai hari libur nasional, tidak hanya sebagai libur tanpa pemaknaan, namun penetapan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila dan 22 Juni menjadi hari mengingat adanya naskah Piagam Jakarta semakin menjadikan bulan ini, menjadi bulan refleksi kebangsaan.
Selanjutnya, sebagai ulasan tambahan, Juni dan Kebangsaan juga tidak lepas dari banyaknya pemimpin bangsa ini yang lahir pada bulan ini. Sebut saja Bung Karno, Presiden pertama RI lahir dan wafat di bulan ini. Kita semua tahu Bung Karno lahir di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1970. Tidak hanya Presiden pertama kita, Soeharto atau Pak Harto sebagai Presiden kedua RI juga lahir di bulan yang sama, yakni 8 Juni 1921 di Bantul Yogyakarta. Masih pada pemimpin tertinggi RI, kali ini yang juga lahir pada bulan Juni ada Bacharuddin Jusuf Habibie atau Bapak Habibie. Sebagai Presiden ketiga RI, beliau juga lahir pada bulan Juni, tepatnya pada tanggal 25 Juni 1936 di Parepare Sulawesi Selatan. Teakhir, bulan ini juga menjadi saksi lahirnya pemimpin tertinggi negara kita, ialah Presiden Joko Widodo yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961.
Unik bukan, empat dari tujuh Presiden RI lahir di bulan Juni. Bukan tanpa sebab jika bulan ini bisa menjadi momen kita semua untuk merefleksikan kebangsaan dan semakin mencintai banggsa yang menjadi tumpuan lebih dari 200 juta manusia. Semoga Juni akan tetap syahdu sebagaimana yang tertuang dalam karya Sapardi. Semoga Juni akan tetap menjadi refleksi tentang kebangsaan, tentang lahirnya ideologi bangsa dan lahirnya para pemimpin-pemimpin tertinggi negeri. Selamat Refleksi di Bulan Juni. Bulan Ideologi dan lahirnya pemimpin negeri.
Penulis: Haydar Arsy Firdaus