Dispepsia adalah gejala yang paling umum pada penyakit gastrointestinal dalam praktik klinis. Sekitar 44,7% pasien dengan dispepsia menderita gastritis atau duodenitis yang didiagnosis dengan pemeriksaan endoskopi di Indonesia. Dispepsia dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor infeksi dan non infeksi. Dispepsia yang disebabkan akibat infeksi sebagian besar disebabkan oleh Helicobacter pylori, sedangkan pada dispepsia yang disebabkan akibat faktor non-infeksi mungkin disebabkan oleh stres, kebiasaan diet, faktor hormonal dan faktor lainnya. Deteksi infeksi H. pylori dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti pemeriksaan histologis, tes antigen pada tinja, anti antibodi H. pylori dan Urea Breath Test (UBT).
Faktor penyebab yang paling umum untuk penyakit kanker lambung adalah penyakit gastritis terutama gastritis atrofi. Peradangan pada mukosa lambung dapat menyebabkan hilangnya kelenjar yang pada akhirnya akan tergantikan oleh sel epitel jenis intestinal, yang dianggap sebagai displasia tingkat rendah. Jaringan displastik tersebut kemudian berubah menjadi kanker lambung tipe intestinal sebagai hasil akhir dari perubahan pada mukosa lambung yang progresif. Mekanisme gastritis yang diinduksi oleh aktivitas enzim urease masih belum jelas. Urea dan urease dapat meningkatkan kerusakan pada mukosa akibat peningkatan kadar amonia di mukosa lambung. Sebuah studi pada tikus yang diberi amonia menunjukkan peningkatan jumlah sel radang yang diinduksi oleh gastritis dan menunjukkan hubungan yang signifikan antara kadar amonia dan gastritis.
Penelitian lain pada pasien dengan dispepsia menegaskan bahwa kadar amonia secara signifikan berhubungan dengan tingkat keparahan gastritis. Selain itu, pasien tukak lambung secara signifikan memiliki tingkat urease yang lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa tukak lambung. Hal ini diduga karena adanya bakteri penghasil urease, termasuk patogen selain H. pylori yang menyebabkan gastritis kronis di daerah dengan prevalensi H. pylori rendah seperti di Indonesia. UBT adalah metode noninvasif untuk mendeteksi H. pylori yang meyakini sebuah fakta bahwa H. pylori dapat mengeluarkan enzim urease yang mengubah urea menjadi amonia dan karbon dioksida. UBT adalah metode yang terpercaya untuk mendeteksi H. pylori dan dilakukan berdasarkan kemampuan H. pylori dalam memecah urea yang diserap dari lambung dan dihilangkan dalam pernafasan. Jika isotop terdeteksi di napas, maka hasil tes akan positif, hal tersebut menunjukkan keberadaan H. pylori di lambung. Jumlah aktivitas urease terdeteksi oleh nilai dari UBT yang mencerminkan muatan bakteri H. pylori di lambung.
Deteksi UBT terutama digunakan untuk mendeteksi H. pylori, tetapi karena ada bakteri lain yang memiliki aktivitas urease, seperti Proteus mirabilis, Citrobacter freundii, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter cloacae dan Staphylococcus aureus, titik akhir urease aktivitasnya menghasilkan amonia, zat beracun untuk lambung. Oleh karena itu, UBT mungkin memiliki potensi penggunaan dan menjadi modalitas alternatif diagnostik non-invasif untuk mendeteksi gastritis terkait urease.
Indonesia adalah negara multi etnis dengan lebih dari 267 juta orang tinggal di lebih dari tujuh belas ribu pulau dengan perbedaan kualitas pelayanan kesehatan tiap wilayahnya. Dispepsia dan gastritis termasuk dalam 10 penyakit teratas dan sudah umum di poliklinik rawat inap dan rawat jalan Indonesia. Namun, jumlah endoskopi tenaga ahli di Indonesia masih kurang dan jumlah pusat endoskopi masih rendah. Baru-baru ini C-UBT, metode uji non-invasif yang lebih sederhana, murah, penanganan yang akurat serta mudah banyak digunakan dalam praktik klinis.
Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitian di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Acta medica Indonesiana. Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara urease tingkat keparahan gastritis pada pasien dyspepsia.
Beberapa kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini diketahui bahwa UBT cukup berpotensi untuk memprediksi gastritis antral akut dan kronis dengan nilai sensitivitas yang baik. Adapun parameter gastritis lainnya, UBT bukan pilihan yang baik untuk memprediksinya. Penggunaan utama UBT adalah untuk menentukan infeksi H. pylori; oleh karena itu, keterlibatan infeksi H. pylori dalam perkembangan gastritis masih perlu dipertimbangkan dengan cermat.
Penulis: Muhammad Miftahussurur
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut :
http://www.actamedindones.org/index.php/ijim/article/view/1927/pdf