Target global angka kematian ibu adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Indonesia masih jauh tertinggal di 305 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia memiliki perjalanan panjang mencapai target menurunkan angka kematian ibu. Baik pemerintah pusat maupun daerah telah menerapkan berbagai kebijakan dan program pelayanan kesehatan ibu untuk mempercepat upaya penurunan angka kematian ibu. Persalinan di fasilitas kesehatan merupakan salah satu poin penting untuk mencapai target tersebut. Sejak 1996 pemerintah menempatkan bidan sebagai penolong persalinan terampil di setiap desa. Namun, profil kesehatan nasional Indonesia melaporkan praktik dukun bersalin di Indonesia masih umum dan berkembang menjadi faktor utama rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk bersalin.
Menggunakan data Survei Data Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2012, penelitian yang dilakukan oleh tim dosen dari Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menunjukkan kondisi geografis tempat tinggal ibu, pendidikan ibu, dan status ekonomi keluarga sangat menentukan pelayanan persalinan. Ibu dengan paritas tinggi, pengetahuan yang kurang tentang tanda bahaya kehamilan, kunjungan antenatal care yang lebih rendah, dan tidak pernah berdiskusi dengan suami tentang rencana tempat melahirkan cenderung lebih memilih melahirkan di rumah daripada di fasilitas kesehatan.
Tim peneliti menyampaikan bahwa sebagian besar ibu (40,3%) di Indonesia melahirkan bayinya di rumah. Mayoritas persalinan di rumah ini banyak terjadi di wilayah Sumatera dan daerah pedesaan di Indonesia. Hanya 33,9% ibu yang akhirnya melahirkan di fasilitas kesehatan. Sementara 25,8% ibu memilih melahirkan di fasilitas kesehatan berbasis masyarakat seperti ponkesdes atau polindes. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan bidan desa telah cukup membantu masyarakat untuk memperoleh persalinan aman dengan tenaga kesehatan walaupun tidak di fasilitas kesehatan. Â Bersalin di pelayanan persalinan berbasis masyarakat dan fasilitas kesehatan ini banyak dipilih oleh ibu di wilayah Jawa-Bali dan daerah perkotaan.
Tim peneliti juga menjelaskan bahwa keputusan perempuan untuk menggunakan layanan persalinan yang aman terhalang oleh tuntutan akses untuk mencapai dan fasilitas kesehatan. Daripada memanfaatkan layanan persalinan berbasis masyarakat sebagai pilihan kedua, para ibu di daerah geografis yang sulit lebih memilih melahirkan bayi mereka di rumah. Tim peneliti juga menemukan bahwa alasan yang dapat menjelaskan mengapa para ibu ini lebih memilih untuk tidak menggunakan persalinan di fasilitas kesehatan adalah lemahnya dukungan dari keluarga. Mereka masih belum memiliki kewenangan penuh terhadap diri mereka sendiri. Partisipasi perempuan dalam memutuskan layanan persalinan masih rendah dan justru didominasi oleh pasangan.
Temuan tim peneliti ini menunjukkan betapa pemberdayaan wanita. Mempersiapkan informasi yang memadai mengenai fasilitas kesehatan sangat penting untuk memastikan bahwa ibu akan memiliki rencana untuk menggunakan fasilitas kesehatan. Intervensi kesehatan ke depannya harus mampu menginisiasi ibu dan suami secara seimbang.
Penulis: Nuzulul Putri
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada:
http://doi.org/10.11591/ijphs.v11i2.21324
Putri, N. K., & Laksono, A. D. (2022). Predictors of childbirth services in Indonesia. International Journal of Public Health Science (IJPHS), 11(2), 566. https://doi.org/10.11591/ijphs.v11i2.21324