Universitas Airlangga Official Website

Karakteristik Pasien Emboli Paru Di RSUP Dr. Soetomo Surabaya, Tahun 2019-2021

IL by KUP

Komplikasi tromboemboli vena adalah emboli paru. Emboli paru adalah jenis penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh trombus di arteri pulmonalis. Gejala nonspesifik dan rentang klinis yang luas dan tanpa gejala membuat diagnosis penyakit ini lebih menantang. Banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis emboli paru. Sebuah studi tahun  2013 menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis emboli paru yang paling sering adalah CTPA, vena

ultrasonografi, ekokardiografi, troponin, dan pemindaian V/Q. CTPA adalah standar emas dalam diagnosis emboli paru. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan letak trombus di paru pembuluh darah. Berdasarkan tempat terjadinya trombus, emboli paru dibedakan menjadi dua, yaitu emboli paru sentral atau proksimal dan emboli paru distal. Trombus di primer atau arteri pulmonal proksimal diidefinisikan sebagai emboli paru sentral. Sebaliknya, gumpalan ditemukan di cabang arteri pulmonal disebut sebagai emboli paru distal. Terapi untuk emboli paru berdasarkan ESC 2019 dapat diberikan pada kelompok antikoagulan dan trombolitik. Namun, terapi ini dipilih berdasarkan pada stratifikasi risiko dan keadaan hemodinamik pasien.

Pada penelitian ini didapatkan profil pasien emboli paru yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo  Surabaya dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 dianalisis. Penelitian deskriptif ini menggunakan metodologi retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis individu yang menderita emboli paru selama tahun 2019 dan 2021.

Sebanyak 33 pasien emboli paru memenuhi kriteria inklusi. Pasien didominasi laki-laki (66,7%) dan kelompok umur 36-45 dan 56-65 tahun (30,3%). Gejala yang paling banyak adalah sesak napas (43,3%). Skor Jenewa didominasi oleh kelompok sedang (78,8%). Skor PESI dikalahkan oleh kelompok kelas III (36,4%). Tanda-tanda vital dalam batas normal, kecuali hasil laju pernafasan di atas normal dengan rata-rata 24x/menit. Darah lengkap adalah dalam batas normal, kecuali hasil sel darah putih di atas normal dengan rata-rata 12,2 10 3 /たl. %). Berdasarkan CT hasil scan, trombus paling banyak ditemukan pada arteri pulmonalis distal (60%). Kelompok antikoagulan adalah yang paling banyak diberikan terapi farmakologis (76,5%). Antikoagulan merupakan terapi yang paling banyak digunakan pada pasien emboli paru. Sebuah studi sebelumnya pada tahun 2003 juga menyatakan bahwa sebagian besar pasien emboli paru menggunakan antikoagulan sebagai terapi. Pemberian antikoagulan yang tinggi karena antikoagulan merupakan terapi awal emboli paru dan dapat mengurangi kekambuhan pada pasien. Antikoagulan harus diberikan kepada pasien yang dicurigai paru emboli sebelum diagnosis dikonfirmasi, selama risiko perdarahan dianggap rendah. Antikoagulan harus tidak boleh ditunda pada pasien emboli paru kecuali ada kontraindikasi.

Pasien emboli paru di RSU Dr. Soetomo Surabaya kebanyakan adalah pria berusia di atas 40 tahun, dan gejala yang paling umum adalah sesak napas. Mayoritas skor klinis berada di tengah kategori. Lokasi trombus ditemukan terutama di arteri distal paru-paru. Terapi yang diberikan yang paling umum adalah kelompok antikoagulan.

Penulis : Athirah Balqis , Johanes Nugroho Eko Putranto  , Isnin Anang Marhana  , Rendra Mahardika Putra

Link : https://www.ijrp.org/paper-detail/4104