Di Indonesia, kasus pertama COVID-19 didiagnosis pada Maret 2020, sejak itu lebih dari 2 juta orang telah tertular COVID-19 dengan lebih dari 21.000 dinyatakan positif pada akhir Juni 2021. Peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, khususnya di ICU, menyebabkan lebih banyak individu yang rentan terhadap Pressure Injuries (PI) sebagai akibat dari imobilisasi dan penggunaan alat bantu pernafasan. PI adalah jenis trauma lokal yang disebabkan oleh tekanan konstan pada kulit, paling sering pada tulang yang menonjol. Tekanan ini cukup tinggi untuk mengganggu dengan aliran darah ke kapiler, mengurangi suplai oksigen ke jaringan, sehingga menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan. Usia lanjut, imobilitas, gizi buruk, kelembapan berlebih, inkontinensia, perubahan kesadaran, perfusi buruk, penyakit kulit tertentu, dan gangguan yang menyertai (mis., gagal napas, anemia, diabetes, dan septikemia) semuanya merupakan faktor risiko.
Penelitian dilakukan di RS Universitas Airlangga, salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 yang terletak di Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia. Dengan 307 tempat tidur, Rumah Sakit Universitas Airlangga merupakan rumah sakit pendidikan universitas terbesar di Jawa Timur. Data sekunder diambil dari rekam medis pasien termasuk seks; usia; indeks massa tubuh (BMI), dikategorikan sebagai berikut: (1) underweight (IMT < 18,5 kg/m2), (2) berat badan sehat (BMI 18,5–22,9 kg/m2), (3) kelebihan berat badan (BMI 23–24,9 kg/m2), (4) obesitas I (BMI 25–29,9 kg/m2), dan (5) obesitas II (IMT >30 kg/m2). Gejala yang dialami oleh pasien ialah batuk (58,3%), demam (50%), sesak napas (50%), kelelahan (41,7%), dan mual atau muntah (33,3%) gejala yang paling umum di antara pasien dengan keduanya COVID-19 dan PI.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari pasien COVID-19, yang dirawat di RS Universitas Airlangga dari Maret 2020 hingga Juni 2021 yang mengalami luka PI baik sebelum atau setelah masuk. Studi ini melibatkan pasien yang berusia minimal 18 tahun, dengan PI yang diinduksi oleh posisi terlentang, seperti pada sakrum, oksipital, temporal, tumit (kalkaneus), gluteus, scapula, dan trochanter. Peneliti mengumpulkan dan menganalisis data karakteristik demografis pasien, gejala, komorbiditas, lokasi dan tingkat keparahan PI, parameter laboratorium, terapi oksigen, lama perawatan, dan penggunaan vasopressor.
Selama masa studi, 1.070 pasien dirawat di rumah sakit karena COVID-19 dengan berbagai tingkat keparahan, dan 12 pasien didiagnosis dengan PI. Delapan (66,7%) dari pasien dengan PI adalah laki-laki. Usia rata-rata adalah 60 (kisaran, 51-71) tahun, dan setengah dari pasien mengalami obesitas. Sebelas pasien dengan PI (91,4%) memiliki setidaknya satu kondisi komorbiditas. Sakrum dan gluteus adalah dua yang paling banyak situs yang sering terkena. Pasien dengan PI derajat 3 memiliki nilai median D-dimer yang jauh lebih besar (7.900 ng/mL) dibandingkan pasien dengan PI derajat 2 (1.100 ng/mL). Rata-rata lama perawatan adalah 22 (kisaran, 9,8–40,3) hari. Diharapkan praktisi kesehatan dapat menyadari peningkatan D-dimer di pasien dengan COVID-19 dan PI. Meskipun PI pada pasien COVID-19 mungkin tidak mengakibatkan kematian, peningkatan morbiditas dapat dihindari dengan perawatan yang tepat.
Penulis: Dr. Indri Lakhsmi Putri, dr., Sp.B.P.R.E, Subsp.K.M(K)
Data tambahan untuk artikel ini dapat ditemukan secara online di
DOI: 10.1097/01.ASW.0000919956.83713.ab