Temuan radiologi yang signifikan dari degenerasi diskus, hipertrofi faset, dan penonjolan diskus dikaitkan dengan penyebab Low Back Pain (LBP). Low back pain (nyeri punggung bawah) merupakan penyebab utama gangguan kerja serta disabilitas, terutama pada populasi usia produktif. Menurut The Global Burden (2020) of Disease, LBP menempati urutan keempat dari 10 penyakit yang paling banyak diderita oleh orang berusia 25-49 tahun. Teknologi pencitraan yang semakin canggih diharapkan dapat meningkatkan akurasi diagnostik dan membantu pengambilan keputusan terapi yang efektif untuk kesembuhan pasien. Pencitraan diperlukan terutama sebagai alat perencanaan sebelum operasi pada pasien LBP yang sebelumnya gagal dengan terapi konservatif.
MRI telah dipilih karena non-invasif, memberikan detail morfologi anatomi yang baik, dan tidak memaparkan pasien pada radiasi pengion. Penggunaannya secara luas memiliki kesepakatan intraobserver yang baik pada pengujian secara statistik, terutama dalam penilaian spondylolisthesis, degenerasi diskus, proses infeksi, Modic changes, fraktur, dan arthropathy facet.
Pentingnya menilai keakuratan dan penggunaan pencitraan MRI yang merupakan modalitas pilihan saat ini dalam diagnosis LBP terkait dengan temuan dari pemeriksaan klinis dan selama operasi. Temuan selama operasi dapat menilai keakuratan pencitraan MRI pra operasi sebagai alat diagnostik. Penggunaan MRI 1,5 Tesla lebih unggul dalam diagnosis kelainan patologi tulang belakang. Hal ini disebabkan kemungkinan adanya artefak akibat feses dan napas lebih kecil dibandingkan MRI 3 Tesla yang sangat sensitif terhadap gerakan. Pasien yang mengalami nyeri saat MRI sangat rentan terhadap gerakan yang menimbulkan artefak.          Â
Tinjauan sistematis dan meta-analisis ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang akurasi diagnostik MRI dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kesimpulan dari nilai uji akurasi MRI yang diperoleh pada meta-analisis ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para klinisi untuk menggunakan pencitraan MRI sebagai penentu pengambilan keputusan secara lebih bijak dan memahami keterbatasan pencitraan dengan tetap mempertimbangkan kondisi klinis pasien.                           Â
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi terbaru mengenai akurasi MRI 1,5 Tesla kontras dan non kontras dalam diagnosis Herniated Nucleus Pulposus (HNP) lumbal dibandingkan dengan temuan bedah. Kami memasukkan studi dengan subjek yang didiagnosis dengan HNP lumbal karena proses degeneratif, kontras 1,5 Tesla pra operasi, dan MRI non-kontras dan menggambarkan jumlah temuan tes diagnostik MRI (tes indeks) pada kondisi aktual yang ditemukan selama operasi (standar referensi). Kami mencari literatur dari 5 database: ProQuest, Pubmed, Cochrane Library, Biomed Central, dan ScienceDirect. Sensitivitas dan spesifisitas kontras dan nonkontras 1,5 Tesla MRI berkisar antara 64-95% dan 55-100% (95% CI) dengan area di bawah kurva di atas ambang pada kurva ROC. Dua studi membandingkan keakuratan MRI dan myelografi Computed Tomography (CT) dengan kurva ROC yang lebih lebar pada CT myelography dibandingkan pada MRI. Kurva ROC yang memiliki area luas di bawah kurva di atas ambang menggambarkan hubungan antara sensitivitas dan spesifisitas, menunjukkan bahwa kontras non-kontras 1,5 Tesla MRI memiliki akurasi yang baik dalam diagnostik HNP.
Judul dan Link artikel jurnal scopus
Penulis : Abdul Hafid Bajamal, dr
Endra Wibisono, Tedy Apriawan, Eko Agus Subagio, Muhammad Faris, Sri Andreani Utomo, Budi Utomo