Universitas Airlangga Official Website

Kebutuhan Perawatan Ortodonti dan Prevalensi Maloklusi Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON) pada Anak Usia 7-13 Tahun

Kebutuhan Perawatan Ortodonti dan Prevalensi Maloklusi Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON)
Photo by dinkes.sulteng

Kebutuhan untuk menjaga kesehatan mulut yang baik masih belum dipahami dengan baik oleh masyarakat umum di Indonesia, yang mengakibatkan perawatan kesehatan mulut yang buruk. Orang-orang sering kali hanya mengunjungi dokter gigi ketika mereka sudah merasa tidak nyaman. Kondisi gigi dan kesehatan mulut dapat berkembang lebih sering sebagai akibat dari ketidaktahuan ini. Temuan Lembaga Penelitian Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa masalah kesehatan mulut mempengaruhi 57,6% orang Indonesia.

Maloklusi, yang mencakup sekitar 80% masalah kesehatan mulut di Indonesia, merupakan masalah ketiga yang paling umum setelah penyakit periodontal dan gigi berlubang. Fungsi stomatognatik dapat terganggu oleh maloklusi. Anak-anak di sekolah dasar memerlukan diagnosis dini karena mereka masih dalam fase gigi bercampur. Jika maloklusi ditemukan selama tahap ini, lebih mudah untuk mengobatinya. Untuk menghilangkan faktor-faktor yang dapat mengubah perkembangan gigi atau rahang yang sehat, mengurangi maloklusi agar tidak semakin parah, dan mengembalikan oklusi ke keadaan normal, diperlukan perawatan ortodontik preventif dan interseptif. Salah satu indeks yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebutuhan perawatan ortodontik disebut Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON). ICON dianggap sangat andal dan valid. Lebih jauh lagi, indeks ini mudah digunakan dan dapat diterapkan pada model studi dan pasien. Komponen estetika gigi dari indeks IOTN—gigitan silang, gigi berjejal di lengkung rahang atas, jarak lengkung rahang atas, segmen bukal anteroposterior, dan hubungan vertikal antara gigi anterior (gigitan berlebih)—semuanya diperhitungkan saat mengevaluasi indeks ini.

Terdapat hanya ada 45 siswa yang terdaftar di Medowo III, sebuah sekolah dasar kecil. Selain itu, sekolah dasar ini tidak dapat diakses karena posisi geografisnya dan menerima lebih sedikit perawatan medis. Karena situasi ini, orang tua dan siswa kurang berpengetahuan tentang perawatan maloklusi dan kesehatan mulut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti dan prevalensi maloklusi pada siswa SD Medowo III dengan menggunakan Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON). Penelitian ini melibatkan 44 subjek penelitian, yang sebagian besar merupakan siswa perempuan dibandingkan siswa laki-laki dengan usia mayoritas 9 tahun (25%). Mayoritas subjek penelitian dengan gigi atas berjejal, gigi atas renggang, gigitan silang, gigitan terbuka insisivus, dan segmen bukal anteroposterior yang memerlukan perawatan ortodonti. Seluk-beluk perawatan ortodonti; Sebanyak 16 sampel (36%) mendapat skor kurang dari 29 (perlu perawatan mudah/tidak perlu), 7 sampel (16%) mendapat skor antara 29 dan 50 (perlu perawatan ringan), 9 sampel (20,45%) mendapat skor antara 51 dan 63 (perlu perawatan sedang), 10 sampel (22,73%) mendapat skor antara 64 dan 77 (perlu perawatan sulit), dan 2 sampel (5%) mendapat skor lebih dari 77 (perlu perawatan sangat sulit).

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa 50% siswa di SDN Medowo III Kediri, Indonesia, memerlukan perawatan ortodontik yang bervariasi dari mudah hingga sulit. Hasil penelitian ini berpotensi untuk diperluas dengan melakukan penelitian tambahan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi atau menyebabkan perbedaan dalam tingkat, kebutuhan, dan kompleksitas perawatan ortodontik pada anak usia pertumbuhan dan perkembangan.

Penulis: Alexander Patera Nugraha

Link: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2024/06/46-D24_3073_Alexander_Patera_Nugraha_Indonesia-Clin.pdf

Baca juga: Stem Sel Sekretom Mesenkimal sebagai Pendekatan Regeneratif Baru dalam Penatalaksanaan Lesi Ulseratif Mulut