Media memainkan peran penting dalam menarik perhatian dan memberikan kesan pertama pada masyarakat mengenai suatu informasi. Selama pandemi, penyebaran informasi mengenai Covid-19 bergerak secepat penyebaran virusnya secara global. Media membawa isu Covid-19 menjadi sangat mendesak sehingga orang harus mewaspadai virus ini. Suka atau tidak suka, pengetahuan tentang virus akan meningkat selama paparan media meningkat. Informasi yang cukup kontroversial nyatanya menimbulkan pro kontra baik mengenai bahaya virus, tren jumlah kasus, kebijakan pembatasan kegiatan, hingga vaksinasi.
Masifnya berita yang beredar di masyarakat memunculkan sejumlah pertanyaan mengenai kejelasan dan validitas informasi yang disampaikan. Tidak jarang pula terdapat berita yang mengarah pada informasi menyesatkan. Kondisi ini dapat menyebabkan misinformasi dan disinformasi yang berpotensi meningkatkan penyebaran hoax. Pada bulan Mei 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan adanya 1.401 konten hoax mengenai Covid-19 yang tersebar di masyarakat. Situasi ini dapat memperburuk kesehatan mental, memunculkan berbagai stigma, dan menimbulkan rasa tidak aman pada masyarakat.
Pemerintah bertanggung jawab untuk mengatasi kelelahan dan demotivasi masyarakat dalam menghadapi Covid-19. Berbagai strategi untuk mengkomunikasikan informasi kesehatan yang jelas perlu dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai penerapan protokol kesehatan, vaksinasi, dan berbagai kebijakan lain mengenai pengendalian Covid-19. Meski demikian, masalah utamanya adalah apakah informasi tersebut dapat dengan mudah diakses dan dimengerti oleh masyarakat? Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya analisis hubungan antara paparan media dengan kejelasan informasi tentang Covid-19 di Indonesia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 85,8% masyarakat Indonesia mengklaim telah menerima informasi yang tepat mengenai Covid-19. Media yang mendominasi penyebaran informasi tersebut adalah surat kabar/majalah dan televisi. Keduanya menjadi media alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan kejelasan informasi tentang Covid-19. Di sisi lain, kemampuan masyarakat dalam menerima informasi Covid-19 juga berkaitan dengan karakteristik usia, agama, perkawinan, pendidikan, dan jenis pekerjaannya. Pada penelitian ini, masyarakat yang terpapar informasi yang tepat mengenai Covid-19 didominasi oleh usia 25-34 tahun, beragama islam, berstatus menikah, berpendidikan tinggi, dan bekerja sebagai PNS/TNI/Polri.
Berdasarkan jenis media yang digunakan, hampir 60% masyarakat Indonesia mengakses informasi mengenai Covid-19 melalui televisi, baik televisi berbasis internet maupun satelit. Keunggulan televisi terlihat pada kemampuannya menyampaikan informasi melalui audio visual. Bagi pengguna televisi satelit, menonton televisi menjadi alternatif pencarian informasi Covid-19 tanpa membutuhkan koneksi internet. Berbeda dengan televisi, surat kabar/majalah baik sebagai media cetak maupun digital seringkali diminati masyarakat karena kemampuannya menyajikan informasi yang menarik disertai penjelasan yang mendalam. Kemudahannya untuk dibaca secara berulang membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi yang jelas dan dapat dipercaya secara logika. Terlepas dari keunggulan masing-masing media, frekuensi dalam mengakses media juga mempengaruhi kejelasan informasi yang akan didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, kejelasan informasi mengenai Covid-19 didapatkan masyarakat setelah membaca surat kabar/majalah atau menonton televisi setiap hari. Temuan ini mengonfirmasi hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di India, Italia, Lebanon, dan Vietnam. Meski demikian, analisis lanjutan untuk mengetahui durasi dalam mengakses informasi Covid-19 sekiranya diperlukan untuk menemukan fakta baru yang lebih relevan dengan kondisi masyarakat.
Potensi penyebaran informasi hoax akan tetap menghantui masyarakat. Semakin sering masyarakat terpapar informasi hoax, semakin besar keyakinan mereka untuk mempercayainya sebagai fakta mutlak. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa penyebaran berita hoax akan mampu menghilang selama penyebaran informasi yang akurat dilakukan dengan lebih masif. Di sisi lain, agama juga memainkan peran penting untuk memperkuat keyakinan masyarakat terhadap informasi yang didapatkan. Berbagai penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa masyarakat dengan keyakinan agama yang kuat lebih mampu menurunkan kecemasan selama menghadapi pandemi Covid-19. Dengan demikian, pemerintah dengan stakeholder lain seperti profesional kesehatan, jurnalis, dan tokoh agama secara kolaboratif memiliki peran penting untuk melawan penyebaran hoax dengan menyampaikan informasi yang jelas, transparan, dan berbasis bukti. Sebagaimana hasil penelitian ini, maka paparan informasi tersebut melalui media televisi dan surat kabar/majalah menjadi strategi yang penting untuk menyasar masyarakat dengan lebih masif.
Penulis : Ratna Dwi Wulandari, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Sumber: Pranata, S., Laksono, A.D., Machfutra, E.D. et al. Information clarity about Covid-19 in Indonesia: does media exposure matter?. BMC Public Health 22, 1536 (2022)
Link Artikel: https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-022-13961-9#citeas