Universitas Airlangga Official Website

Kemoterapi: Apa Saja Efek Sampingnya?

Foto oleh Cancer Therapy Advisor

Kemoterapi merupakan pemberian obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh sel-sel tubuh yang tumbuh dengan cepat secara tidak normal. Kemoterapi sering digunakan dalam tata laksana kanker karena sel kanker mempunyai sifat dapat tumbuh dan bermultiplikasi lebih cepat dibandingkan dengan sel normal. Berbagai macam obat kemoterapi telah ditemukan. Obat kemoterapi dapat diberikan sebagai monoterapi atau sebagai terapi kombinasi untuk mengobati berbagai macam kanker. Meskipun kemoterapi memiliki efektifitas tinggi dalam membunuh sel kanker, kemoterapi juga memiliki risiko terjadinya efek samping. Efek samping yang timbul bisa ringan dan dapat diatasi, tapi ada juga yang memberikan komplikasi serius.

Kemoterapi pada pasien kanker dapat bertujuan sebagai : 1) terapi primer untuk menyembuhkan kanker tanpa disertai terapi lain; 2) terapi adjuvan, kemoterapi diberikan setelah pembedahan atau radioterapi untuk membunuh sel kanker yang masih ada di dalam tubuh; 3) terapi neoadjuvant untuk mengecil tumor dan mengurangi pembuluh darah yang ada di dalam tumor sehingga pembedahan atau radioterapi yang diberikan akan memberikan hasil yang optimal;  dan 4) terapi paliatif untuk mengurangi keluhan dan gejala kanker.

Obat kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai jalur. Sebagian besar obat kemoterapi diberikan melalui infus lewat pembuluh darah vena. Beberapa obat kemoterapi tersebut dalam bentuk tablet atau kapsul yang diminum dengan dosis dan rentang waktu tertentu. Obat kemoterapi juga dapat diberikan secara injeksi intramuscular. Beberapa jenis obat kemoterapi dapat diberikan secara langsung ke dalam tubuh pasien misalnya pemberian obat kemoterapi ke dalam sistem saraf pusat (kemoterapi intratekal), kemoterapi yang diberikan ke dalam pleura (kemoterapi intrapleural), bahkan dapat juga diberikan melalui arteri langsung ke kanker yang dituju yang disebut dengan Transarterial chemoembolization (TACE).

Tiap obat kemoterapi memiliki efek samping yang berbeda dan tidak semua obat akan menyebabkan efek samping. Efek samping dapat timbul selama kemoterapi diberikan atau dapat juga terjadi jangka panjang setelah kemoterapi diberikan. Efek samping yang sering muncul saat kemoterapi diberikan antara lain mual, muntah, rambut rontok, diare, penurunan nafsu makan, mudah Lelah, panas, sariawan, nyeri, konstipasi serta perdarahan. Sebagian besar efek samping tersebut dapat dicegah dan diterapi dan gejala akan berkurang setelah kemoterapi selesai diberikan. Namun ada juga obat kemoterapi dan dapat memberikan efek samping jangka panjang yang timbul dalam rentang waktu bulanan bahkan tahunan setelah kemoterapi diberikan. Contoh efek samping jangka panjang yang dapat timbul adalah kerusakan jaringan paru, gangguan fungsi jantung, infertilitas, gangguan fungsi ginjal, kerusakan saraf perifer dan risiko timbulnya kanker sekunder.

Berbagai persiapan diperlukan sebelum melakukan kemoterapi. Pasien harus melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan kondisi tubuhnya siap menerima obat kemoterapi, misalnya tes fungsi ginjal, tes fungsi hari serta tes fungsi jantung. Jika ada hasil pemeriksaan yang tidak normal, maka diperlukan penyesuaian obat, dosis obat kemoterapi bahkan penundaan pemberian kemoterapi. Jika ditemukan tanda dan gejala infeksi, harus diterapi terlebih dahulu untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi selama pemberian kemoterapi.

Penulis: Dr. Afif Nurul Hidayati, dr., Sp.KK (K)

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/effect-of-lactobacillus-plantarum-is-10506-supplementation-with-o