Universitas Airlangga Official Website

Kenali Ciri-ciri Toxic Relationship

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) itu menjelaskan bahwa ada tiga ciri-ciri toxic relationship
(Ilustrasi: Psychology Magazine)

UNAIR NEWS – Menjalin hubungan asmara dengan seseorang akan menjadikan petualangan hidup lebih bermakna. Begitu bunyi harap yang tercipta. Akan tetapi, bagaimana jika hubungan tersebut ternyata termasuk dalam toxic relationship? Oleh karena itu, kenali ciri-ciri toxic relationship dengan baik. 

Margaretha SPsi PGDip Psych MSc mengatakan bahwa toxic relationship merupakan relasi dengan nuansa yang lebih negatif. “Relasi ini lebih banyak merugikan, padahal kita punya harapan yang lebih positif. Harapan positif itu seperti menjadi lebih bahagia dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih positif misalnya,” katanya. 

Tiga Ciri Toxic Relationship

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) itu menjelaskan bahwa ada tiga ciri-ciri toxic relationship. Pertama, terjadinya isolasi sosial. Isolasi sosial terjadi pada salah satu pihak. Jadi, salah satu pihak ini akan terbatas interaksi sosialnya dengan orang lain. “Membatasi interaksi sosial menjadi salah satu pihak lebih terisolasi. Isolasi ini terjadi supaya saat terjadi kekerasan, pelaku bisa lebih punya kuasa. Keterbatasan interaksi ini membuat korban kehilangan tempat curhat, karena relasi antar teman yang terganggu,” terangnya.

Dosen Fakultas Psikologi UNAIR, Margaretha SPsi PGDip Psych MSc (Foto: Dok. Pribadi)

Kedua, terjadinya perselisihan secara terus menerus dan berpola. Perselisihan yang terjadi dalam sebuah hubungan sebenarnya lumrah adanya. Akan tetapi, jika hal ini terjadi terus menerus dan berpola maka harus terus waspada. “Misalnya setiap pasangan kita tersinggung, ia akan bersikap kasar dan tidak suka mendapat kritikan. Konflik sering menjadi cara untuk mengendalikan pasangan. Kalau ingin mengontrol pasangan, maka ia akan marah. Sehingga, agar tidak berselisih korban akan menuruti keinginan pasangannya,” paparnya.

Ketiga, terjadi penelantaran dan pengabaian. Salah satu bentuk pengabaian adalah penyangkalan atas segala yang terjadi dalam sebuah hubungan. Pasangan yang tidak mau mengakui adanya kerugian berupa luka terhadap orang lain merupakan bentuk penyangkalan. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan berpikir pasangan. “Istilahnya gaslighting atau memanipulasi. Jadi, ia meragukan kemampuan pasangannya dalam berpikir dan mengambil keputusan,” tutur Margaretha.

Dalam hubungan yang sehat, segala hal yang terjadi seperti rasa tidak nyaman atau bahkan perselisihan akan selalu menemukan jalan keluar. Jalan keluar ini hasil dari proses diskusi antar pasangan yang tengah menjalin asmara. “Kalau ada perasaan tidak nyaman kalau hubungan yang sehat pasti sama-sama akan mencari jalan keluar. Kalau toxic relationship itu terjadi isolasi, konflik, dan juga penyangkalan, penelantaran yang sifatnya berulang,” pungkasnya. 

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Khefti Al Mawalia