Universitas Airlangga Official Website

Keterlibatan Suami pada Kunjungan Antenatal Care Istri di Indonesia

Foto by Ibupedia

Salah satu indikator penting yang dapat menggambarkan keberhasilan upaya kesehatan di Indonesia adalah angka kematian Ibu. Berbagai data kesehatan telah menunjukkan adanya penurunan signifikan pada Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Sebagai contoh, data Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat capaian AKI di Indonesia sebanyak 346 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Lima tahun selanjutnya, yaitu pada data Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 tercatat AKI di Indonesia turun menjadi 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Meski demikian penerapan upaya kesehatan ibu secara komprehensif masih sangat perlu digalakkan guna mencapai target AKI yang tercantum dalam SDGs, yaitu 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.

Kunjungan antenatal care adalah salah satu strategi pemerintah yang terbukti berkontribusi dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu. Antenatal care (ANC) merupakan strategi awal untuk memantau dan menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan janin, mendeteksi semua komplikasi kehamilan, mengambil tindakan yang diperlukan, menanggapi keluhan, mempersiapkan kelahiran, dan mempromosikan gaya hidup sehat.  Perawatan ini menjadi kunci peningkatan status kesehatan ibu dengan mendeteksi dan mencegah semua kondisi yang tidak terduga selama kehamilan.

Penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara menunjukkan adanya faktor penting yang berkaitan dengan kedisiplinan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care. Faktor tersebut adalah keterlibatan suami sebagai pengambil keputusan utama dalam rumah tangga. Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa mayoritas suami mengizinkan istri atau perempuan untuk mengakses antenatal care. Sebaliknya, terdapat penelitian lain yang menunjukkan bahwa keterlibatan suami menjadi salah satu hambatan kunjungan ANC, karena rendahnya dukungan dan keterlibatan mereka dalam proses antenatal dan persalinan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata keterlibatan suami di Indonesia dalam antenatal care sebesar 75,92%. Sebagai pusat pemerintahan, partisipasi suami di pulau Jawa dalam antenatal care terlihat lebih baik dibandingkan daerah lain. Meski demikian, secara umum keterlibatan ini merata di seluruh wilayah, baik perkotaan maupun pedesaan. Mayoritas suami yang terlibat dalam kunjungan ANC adalah suami yang berusia muda dan pernah menempuh pendidikan baik tingkat dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Temuan lain menunjukkan bahwa suami yang memiliki istri dengan lebih banyak kelahiran lebih sedikit berpartisipasi dalam ANC. Suami terlibat lebih aktif ketika istri melahirkan anak pertama. Karakteristik suami yang terlibat dalam kunjungan antenatal care secara umum sama tanpa membedakan jenis pekerjaan dan status kekayaan. Namun, apabila dilihat dari persentase masing-masing kategori, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan akan lebih tinggi pada suami yang tinggal di daerah urban, menempuh pendidikan, pekerja, memiliki tingkat kekayaan yang baik, dan ketika istri menghadapi kehamilan pertama.

Keterlibatan suami juga dapat dikaitkan dengan norma-norma sosial yang berlaku. Penelitian di Nigeria menyatakan bahwa suami-suami di wilayah tersebut beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan urusan perempuan. Norma ini mendorong rendahnya keterlibatan mereka dalam pemenuhan hak kesehatan ibu pada masa hamil dan persalinan. Beberapa penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa pendidikan merupakan faktor penentu yang positif. Suami dengan pendidikan yang baik akan meyakini perannya sebagai pemberi dukungan dan terlibat dalam antenatal care.

Penelitian ini menemukan bahwa suami yang bekerja lebih mungkin terlibat dalam ANC dibandingkan yang tidak memiliki pekerjaan. Temuan ini menggambarkan bahwa lebih banyak waktu yang dimiliki suami tidak menjadi penentu tingginya keterlibatan mereka dalam ANC. Sebaliknya, berdasarkan status kekayaannya, semakin baik status kekayaan suami, semakin banyak keterlibatannya dalam ANC. Dengan demikian, suami yang bekerja berkaitan dengan peran suami sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan istri dalam pelayanan kesehatan selama hamil dan persalinan. Hal ini dapat menjadi salah satu bentuk keterlibatan suami dalam mewujudkan status kesehatan yang baik pada istri.

Keterlibatan aktif suami berkorelasi kuat dengan kewaspadaan dan peningkatan pengetahuan istri tentang tanda bahaya bayi baru lahir. Namun, sebuah tinjauan literatur dengan pendekatan naratif terhadap perasaan suami menemukan kondisi yang berbeda. Meskipun suami ingin terlibat, mendukung istri, dan belajar tentang kesehatan janin, mereka sering merasa dikecualikan dari pengambilan keputusan skrining perinatal. Hal ini menandakan bahwa kesadaran akan keterlibatan suami pada penyedia layanan kesehatan ibu perlu ditingkatkan. Temuan ini diharapkan dapat menjadi bahan terciptanya ide-ide baru guna meningkatkan keterlibatan suami pada antenatal care di Indonesia. Studi lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berkaitan dengan keterlibatan suami seperti sistem sosial patriarki, nilai anak, nilai keluarga, dan nilai kehamilan.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari

Sumber: Laksono AD, Wulandari RD, Widya Sukoco NE, Suharmiati S. Husband’s involvement in wife’s antenatal care visits in Indonesia: What factors are related? Journal of Public Health Research. 2022;11(2). doi:10.1177/22799036221104156 Link Artikel: https://doi.org/10.1177/22799036221104156