Universitas Airlangga Official Website

Kilau Kegigihan Arvan Setiawan Melampaui Keterbatasan

Arvan (tengah) dalam acara Persiapan Keberangkatan Angkatan 211 Nara Kelana yang diselenggarakan oleh LPDP di Jakarta, 20 - 26 Agustus 2023. (Foto: Istimewa)
Arvan (tengah) dalam acara Persiapan Keberangkatan Angkatan 211 Nara Kelana yang diselenggarakan oleh LPDP di Jakarta, 20 - 26 Agustus 2023. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Lilin yang tak pernah padam menerangi kegelapan. Begitulah kira-kira gambaran sosok Arvan Setiawan, mahasiswa S2 Kebijakan Publik Universitas Airlangga (UNAIR) yang berasal dari Sumatra Barat. Meski memiliki keterbatasan, ia tak pernah patah semangat untuk meraih cita-cita dan selalu ingin bermanfaat bagi banyak orang.

Kisah penuh inspirasi ini bermula ketika Arvan melangkah dari semester tujuh ke delapan. Bagaikan tanpa angin tanpa hujan, pada 2015 silam, ia terdiagnosis mengalami gangguan saraf yang menyebabkan dirinya tidak dapat berjalan dan harus mengenakan kursi roda dalam mobilisasi sehari-hari.

Tidak dapat melanjutkan studi, Arvan mengambil cuti dari perguruan tinggi selama beberapa tahun. Hingga pada 2021, setelah peningkatan kesehatan yang signifikan, ia akhirnya melanjutkan pendidikan dan resmi menyandang gelar sarjana dari Fakultas Pertanian.

“Pada 2015 hingga 2016, saya tidak dapat duduk, hanya bisa berbaring saja. Butuh tiga tahun untuk dapat bangkit secara emosi, pikiran, dan juga fisik,” ucap Arvan.

Tekad mahasiswa berdarah Minang tersebut untuk bangkit bersumber dari rasa syukur, dukungan keluarga yang tak tergoyahkan, dan komitmen yang ia miliki untuk meraih cita-citanya. Meski menghadapi berbagai tantangan, ia menemukan ketenangan dengan menyadari bahwa, bahkan pada titik terendahnya, orang lain mungkin menghadapi perjuangan yang lebih besar.

Arvan Setiawan (tengah) turut serta dalam peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2023 bersama Walikota Surabaya (kiri) dan Ketua DPRD Surabaya (kanan). (Foto: Istimewa)

Bagi Arvan, keluarga adalah support system terbaiknya. Dukungan dari keluarga adalah kunci utama yang tak akan pernah tergantikan. “Kalau bisa bertahan, maka kita akan bisa survive. Kalau bisa survive, maka bisa bangkit. Di titik inilah saya menganggap keluarga sebagai support system yang sangat luar biasa,” tuturnya.

Tujuannya melampaui sekadar kesuksesan profesional. Ia bercita-cita dapat memanfaatkan kelebihan dan kelemahannya saat ini untuk memberikan manfaat bagi masyarakat luas. 

Semangat dan tekad kuat yang Arvan miliki terlihat dari perjuangannya setelah selesai menempuh pendidikan S1. Tak suka berdiam diri, pada awal 2022, ia melamar ke beberapa lowongan pekerjaan. Namun, ternyata rezeki belum berpihak padanya.

“Saya merasa, bekal yang sama punya masih kurang kalau tetap bersikukuh cari kerja dengan status tamatan S1. Terlebih, background saya adalah pertanian yang mengharuskan untuk siap ke lapangan. Dan saya juga harus realistis dengan keadaan saya saat ini,” terangnya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Arvan memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Ia aktif mencari informasi melalui rekan-rekannya, senior, termasuk dokter yang merawatnya. 

Pilihannya jatuh pada program magister Kebijakan Publik UNAIR. Tentu, bukan tanpa sebab ia memilih program studi tersebut. Diilhami oleh hasratnya untuk mewujudkan dampak positif bagi masyarakat, Arvan dengan tajam menyadari ketidaksetaraan akses yang dihadapi oleh mereka yang memiliki keterbatasan, menyadarkan Arvan untuk berkontribusi dalam memperjuangkan kebijakan.

“Yang paling mendasar adalah akses terkait disabilitas yang masih belum ramah. Lantas, saya berpikir, di bagian mana saya dapat berkontribusi? Akhirnya, dapat nih kebijakan publik. Di mana, untuk memecahkan suatu masalah, perlu adanya kebijakan, ada peraturan, dan ada payung hukum yang jelas. Sehingga, kebijakan tersebut dapat terimplementasikan,” jelas Arvan.

Menariknya, Arvan menempuh pendidikan di UNAIR melalui beasiswa yang diberikan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Beasiswa tersebut merupakan beasiswa bergengsi yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Sebelum memutuskan untuk daftar beasiswa LPDP, Arvan telah mencoba beasiswa untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Namun, ia belum berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Dengan memanfaatkan kesempatan dan waktu yang tersedia, tanpa berpikir panjang, Arvan mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri pada Beasiswa LPDP yang kala itu sedang buka pendaftaran.

Beasiswa tersebut terbagi ke dalam tiga tahapan yaitu tes administrasi, skolastik, dan wawancara. Satu bulan setelah melewati tes administrasi, tepatnya Maret 2023, Arvan lanjut ke tahap wawancara dengan substansi. Dirinya tidak mengikuti tes skolastik sebab telah memiliki Letter of Acceptance (LoA) yang memperbolehkan calon penerima beasiswa untuk melewati tahap tes tersebut. Ia resmi menjadi Awardee Beasiswa LPDP pada Juni 2023. 

Bagi Arvan, sang ibu merupakan motivator terhebat. Filosofi hidupnya berkisar pada rasa syukur yang mencerminkan nasihat ibunya untuk menjalankan kehidupan secara sederhana. Ia menekankan untuk tidak pernah merasa kurang dengan apa yang telah ada.

Mahasiswa yang gemar mengikuti isu politik tersebut berpesan untuk memperbanyak rasa bersyukur. Menurutnya, kunci utama kesuksesan terletak pada pondasi kemampuan dalam bersyukur. 

“Rata-rata, kebanyakan orang sering lupa diri dan tidak memiliki kontrol atas dirinya sendiri. Kita sebagai manusia tidak pernah merasa puas. Rasa syukur dapat menjadi rem untuk mengontrol diri kita atas ketidakpuasan tersebut,” ujar Arvan.

Ke depannya, ia berharap UNAIR dapat konsisten dengan tujuan sebagai lembaga pendidikan. Lebih banyak lagi memfasilitasi kegiatan bagi mahasiswa, terkhususnya dalam pelaksanaan isu sosial seperti disabilitas dan kesetaraan gender.

Pengalaman yang berkesan baginya selama menjadi mahasiswa UNAIR adalah ketika suatu hari ia mengalami kesulitan untuk mengakses lift menuju ruang kelas yang berada di lantai 2. Hingga dua jam lamanya, lift tersebut masih tidak dapat digunakan. Akhirnya, dosen dan staf departemen memindahkan ruang kelas ke lokasi yang dapat Arvan akses. Hal tersebut menunjukkan komitmen UNAIR untuk memastikan kesempatan belajar yang setara bagi semua mahasiswa.

“Secara pribadi, saya memiliki harapan untuk dapat menyelesaikan pendidikan di UNAIR dalam waktu tiga semester. Kemudian, mencari pekerjaan yang layak, layak diakses dan layak secara ekonomi, serta senantiasa sehat,” tutup Arvan.

Penulis: Maissy Ar Maghfiroh

Editor: Feri Fenoria