Universitas Airlangga Official Website

Kombinasi Latihan Aerobik dengan Puasa Intermiten Efektif pada Wanita Obesitas

wanita obesitas
Ilustrasi wanita obesitas (sumber: Klikdokter)

Obesitas ditandai dengan penumpukan lemak yang tidak normal atau berlebihan, sehingga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan. Di Indonesia, menurut data Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi obesitas mencapai 21,8%, menunjukkan peningkatan dua kali lipat dari tahun tahun 2007 (10,5%). prevalensi obesitas tertinggi di Indonesia terjadi pada perempuan (26,4%) dan orang dewasa berusia 25–59 tahun (24,8%)

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan homeostatis energi, dimana asupan energi melebihi pengeluaran energi. Latihan fisik telah digunakan sebagai alat penting dalam mencegah dan mengobati kelebihan berat badan dan obesitas. Olahraga dengan intensitas sedang telah terbukti mengurangi kadar sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan TNF-ÿ pada wanita dewasa muda dengan obesitas. Puasa intermiten (IF) mengacu pada periode terjadwal dengan asupan kalori minimal atau tanpa asupan kalori sama sekali, biasanya mencakup puasa 16 jam setiap hari, puasa 24 jam pada hari-hari alternatif, atau puasa selama dua hari yang tidak berturut-turut dalam seminggu. Konsumsi kalori selama periode puasa ini biasanya bervariasi antara 0 dan 25% dari kebutuhan kalori. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa IF memiliki kepatuhan peserta yang lebih baik dan lebih bermanfaat dalam mengurangi massa lemak (FM). Namun, mekanisme kombinasi latihan aerobik dan puasa intermiten dalam menurunkan kadar mTOR dan Bcl-2 pada wanita obesitas belum pernah diteliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi kombinasi IF dan olahraga sebagai strategi pencegahan penuaan seluler dengan memeriksa Bcl-2 dan mTOR. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi referensi dasar untuk mengembangkan terapi yang bertujuan untuk mendorong penuaan sehat yang berkualitas. Sebanyak 30 wanita gemuk, berusia 23,56 ± 1,83 tahun, persentase lemak tubuh (FAT) 45,21 ± 3,73% (kategori sangat tinggi), BMI 30,09 ± 3,74 kg/m2 direkrut dan berpartisipasi dalam tiga jenis intervensi: puasa intermiten ( IF), olahraga (EXG), dan kombinasi puasa intermiten dan olahraga (IFEXG). Program intervensi dilakukan 5x/minggu selama 2 minggu. Kami memeriksa level mTOR dan Bcl-2 menggunakan kit ELISA. Analisis statistik menggunakan uji one way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji post hoc HSD Tukey, dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi latihan aerobik dan IF menurunkan kadar mTOR secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Namun, kombinasi latihan aerobik dan IF tidak mempengaruhi kadar Bcl-2 secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok IF saja , kelompok olahraga saja, dan kelompok gabungan semuanya menunjukkan penurunan berat badan dan massa lemak yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun kombinasi latihan aerobik dan program IF memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan persentase total lemak tubuh dan massa lemak dibandingkan dengan kelompok IF saja. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa kelompok gabungan puasa dan olahraga intermiten (IFEXG) melakukan intervensi yang paling efektif dari ketiganya dalam mencegah penuaan sel, seperti yang ditunjukkan oleh penurunan tingkat mTOR, berat badan, dan massa lemak. Namun, IFEXG tidak menunjukkan penurunan kadar Bcl-2

Penulis: Purwo Sri Rejeki

Artikel bisa dibaca lengkap di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38786985/

Purwo Sri Rejeki, Adi Pranoto, Deandra Maharani Widiatmaja, Dita Mega Utami , Nabilah Izzatunnisa, Sugiharto, Ronny Lesmana and Shariff Halim, 2024. Combined Aerobic Exercise with Intermittent Fasting Is Effective for Reducing mTOR and Bcl-2 Levels in Obese Females, Sports, 12 (5), doi. 10.3390/sports12050116.