Penentuan struktur dan fungsi sirip ikan diperlukan untuk memahami percepatan dan mobilitas keseimbangan tubuh ikan di dalam air. Sirip dada pada ikan berguna untuk meningkatkan daya dorong ke depan dan menjaga keseimbangan saat ikan bergerak dengan kecepatan tinggi. Pada Lepomis macrochirus, sirip dada juga berfungsi sebagai alat bantu navigasi dan mekanosensor untuk melewati rintangan di lingkungannya. Sirip perut Oncorhynchus mykiss memiliki peran kinematik dalam menjaga stabilitas pada kecepatan rendah. Sirip punggung dan sirip dubur ikan berfungsi untuk menjaga kestabilan, posisi tubuh, dan menambah daya dorong yang berasal dari gerakan otot pada pangkal sirip punggung dan sirip dubur.
Tulang lokomotor ikan tersusun atas sirip yang disokong oleh elemen rangka dan dikendalikan oleh otot sirip. Menurut Standen (2011), ikan bergantung pada siripnya sebesar 20% untuk pergerakan dan daya dorongnya. Secara umum, ikan memiliki dua sirip berpasangan dan tiga sirip tunggal. Sirip berpasangan terdiri atas sirip dada (pinna pectoralis) dan sirip perut (pinna pelvis), sedangkan sirip tunggal terdiri atas sirip punggung (pinna dorsalis), sirip dubur (pinna analis), dan sirip ekor (pinna caudalis). Pada beberapa spesies ikan, bentuk sirip dan sirip pari mengalami modifikasi dan memiliki beberapa fungsi tambahan, seperti saluran sperma (gonopodium) dan alat perlekatan.
Sirip ekor memiliki daya dorong optimal secara hidrodinamik yang dihasilkan oleh otot longitudinalis hypochordal. Selain itu, bentuk sirip ekor juga dapat menunjukkan kebiasaan berenang ikan. Misalnya, ekor bercabang memungkinkan ikan berenang dengan kecepatan tinggi. terus menerus. Bentuk sirip ekor Periophthalmus gracilis merupakan modifikasi dari os hypural, os epural, dan os uroneural, sehingga dapat beradaptasi sebagai keseimbangan dan penopang saat bergerak di darat.
Pada Gambusia affinis jantan, jari-jari sirip dubur ke-3, ke-4, dan ke-5 mengalami modifikasi sehingga lebih panjang dan berfungsi sebagai penyalur sperma (gonopodium). Sirip dubur Glyptothorax exodon cenderung mengarah ke ventral dan memiliki fungsi tambahan sebagai alat penempelan.
Penelitian terkait morfologi osteologi apendikular spesies Tor di Indonesia masih terbatas. Studi kerangka morfologi genus Tor terbatas pada T. tambroides.
Namun, Akmal et al. (2022b) mempelajari osetocranium biometrik T. tambroides, T. tambra, T. douronensis, dan T. soro, sedangkan pada tiga spesies terkait lainnya belum terungkap osteologi apendikular. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan morfologi osteologi apendikular yang ditemukan pada T. tambroides, T. tambra, T. douronensis, dan T. soro. Tor tambroides, T. tambra, T. douronensis, dan T. soro merupakan jenis ikan asli Indonesia yang habitat aslinya pada umumnya berada di hulu sungai di daerah perbukitan dengan air jernih dan arus yang deras. Informasi mengenai struktur dan fungsi osteologi apendikular diperlukan untuk memahami cara ikan bergerak cepat dan menjaga keseimbangan tubuh di dalam air. Penelitian ini menggunakan 5 sampel per jenis ikan yang diperoleh dari nelayan Tor di sekitar habitat ikan tersebut. Hasil perbandingan menunjukkan adanya perbedaan morfologi struktur apendikular spesies Tor yang meliputi struktur pinnae pectoralis, pinnae pelvisalis, pinnae dorsalis, pinnae analis, dan pinnae caudalis. Variasi tertinggi terdapat pada pinnae caudalis. Bentuk pinnae caudalis yang runcing dengan jari-jari sirip yang panjang menunjukkan bahwa spesies Tor mampu berenang dengan kecepatan tinggi.
Penulis: Prof. Muchammad Yunus, drh., M.Kes., Ph.D.
Link: https://jurnal.usk.ac.id/depik/article/view/28247 atau https://doi.org/10.13170/depik.13.1.28247
Baca juga: Mengungkap Ikan Loach Muka Kuda Kerdil yang Misterius