Impaksi ggi merupakan kondisi gigi yang tidak dapat erupsi sempurda dalam jangka waktu tertentu. Prosedur bedah yang digunakan untuk mengambil gigi yang impaksi disebut Odontektomi. Odontektomi sering dilakukan pada gigi molar ketiga rahang bawah karena presentase terjadinya impaksi padpa gigi M3 sangat tinggi. Presentase kejadian komplikasi setelah operasi odontektomi sekitar 2,6% -30,9% termasuk perdarahan, bengkak, nyeri menetap, trismus, dan injury pada saraf. Dari beberapa penelitian, didapati karekteristik pasien seperti usia, jenis kelamin, level impaksi gigi, Teknik operasi dan skill operator merupakan factor resiko dari komplikasi post operative. Dilakukan observasi dan Analisa berdasarkan hubungan antara data demografik termasuk usia, jenis kelamin pasien dan level impaksi gigi molar ketiga terhadap komplikasi post operative.
Pada komplikasi post operative, dilakukan beberapa pemeriksaan pada hari ke tujuh meliputi nyeri yang menetap, bengkak, trimsu dan parastesia berdasarkan karekteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin dan kesulitan operasi. Nyeri setelah operasi diukur menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Bengkak diukur dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah operasi. Tirsmus dievaluasi dengan mengukur maximum interincisal opening.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa bengkak, nyeri, trismus merupakan komplikasi yang munkgin terjadi setelah odontektomi karena proses inflamasi dari respon jaringan terhadap trauma dan pembedahan. Walaupun komplikasi ini tergolong normal dan bisa ditangani, dokter gigi harus teteap aware dengan infeksi yang bisa terjadi setelah oprasi den komplikasi yang terjadi berkepanjangan. Pada kelompok umur 51-60 tahun, masih didapati pembengkakan pada hari ke 7 diikuti dengan nyeri dan trimus, hal ini terjadi karena respon inflamasi pada usia lanjut akan lebih lambat disbanding pada usia muda. Pada lanjut usia, tulang mandibula lebih padat dan pembentukan akar lebih komplit sehingga kemungkina terjadinya ankilosis lebih besar dan membutuhkan durasi yang lebih lama pada saat dilakukan odontektomi.
Berdasarkan kesulitan dari operasi, trimus didapati pada kejadian kasus yang kompleks. Faktor utama pada kasus gigi impaksi yg kompleks adalah jumlah tulang yg menyelimuti gigi impaksi, dan angulasi. Kondisi operasi yang sulit akan mempengaruhi otot mastikasi untuk meregang secara esktrim dalam waktu yang lama. Hubungan ini mempengaruhi adanya nyeri dan trismus pada saat setelah operasi odontektomi. Kejadian parastesi juga didapati pada kasus yang kompleks akrena trauma yg belebih dan kedalaman gigi serta jarak dengan canalis mandibula yang dekat dan beresiko terhadap injury. Dari beberapa data, diapatkan jenis kelamin mempengaruhi komplikasi post operative. Pada laki laki memiliki reisko nyeri yang lebih rendah dibanding wanita.Perbedaan skill dari operator juga mempengaruhi komplikasi post operative, perbedaan flap yang digunakan, Teknik penjahitan luka oprasi dan kerapatan dari penjahitan luka opeasi juga mempengaruhi kondisi bengkak setelah operasi. Kondisi jahitan yang terlalu rapat akan meningkatkan kondisi bengkak dan nyeri, Jika Teknik pencabutan memakan waktu yang labih lama dan sulit, akan mempengaruhi bengkak dan menyebabkan terjadinya trismus.
Penulis: Andra Rizqiawan, Yeni Dian Lesmaya, Anindita Zahratur Rasyida, Muhammad Subhan Amir, Shigehiro Ono, David Buntoro Kamadjaja
Link Jurnal: Postoperative Complications of Impacted Mandibula Third Molar Extraction Related to Patient’s Age and Surgical Difficulty Level