Universitas Airlangga Official Website

Komposisi Jantan dan Betina Dapat Mempengaruhi Pertumbuhan Ayam Broiler

Foto oleh Pinterest

Perluasan peternakan unggas didasarkan pada inkubasi buatan atau breeding yang menjadi salah satu segmen terpenting dari rantai unggas. Pemantauan selama proses breeding dilakukan untuk memastikan kinerja peternak dan kualitas anak ayam umur sehari dapat berkembang dengan optimal hingga masa panen. Dengan evolusi teknologi yang tersedia, proses pembesaran ayam sekarang menghasilkan lebih banyak data dengan potensi yang dapat membantu meningkatkan performa ayam pedaging. Metode pengolahan data klasik terkadang tidak efisien dalam menjelaskan respon dan faktor biologis seperti seleksi produksi daging atau telur, yang mempengaruhi perkembangan dan metabolisme embrio selama proses penetasan.

Sejumlah strategi data dan pengetahuan untuk mengembangkan peternakan presisi saat ini sedang bermunculan seperti sistem pakar yang melibatkan data mining, logika fuzzy dan artificial jaringan. Sentuhan teknologi ketika diterapkan pada prediksi daya tetas telur cukup memuaskan, tetapi tidak menjelaskan bagaimana fitur tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di sisi lain, pengaturan komposisi jenis kelamin ayam telah menjelaskan dalam pengetahuan dan aturan logis, seperti perbandingan antara ayam jantan dan betina yang telah berhasil diterapkan dalam lingkungan hewan, produksi peternak petelur, sertifikasi pemuliaan, kesejahteraan hewan, dan prediksi kualitas telur.

Dalam penelitian yang telah dilakukan, tim peneliti mahasiswa dan dosen SIKIA Universitas Airlangga di Banyuwangi mencoba mengatur komposisi pemeliharaan ayam broiler jantan dan betina salama masa breeding, yakni: perbandingan 4/0, 3/1, 2/2, 1/3, dan 0/4. Semua ayam dipelihara dengan pola breeding standard dengan pakan, minum, kandang dan manajemen pendukung selama 35 hari. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perbandingan susunan jumlah ayam broiler jantan dan betina dalam satu kandang mempengaruhi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan ayam broiler. Perbandingan susunan jumlah jantan dan betina paling baik dalam satu kandang untuk ayam broiler adalah jantan seluruhnya atau jantan dan betina 3:1.

Ayam jantan memiliki postur tubuh yang lebih besar dibandingkan ayam betina. Bagian tubuh ayam yang lebih besar meliputi lingkar dada, panjang sayap, panjang os femur, panjang os tibia, panjang shank, panjang punggung, panjang leher, lebar dada, dan dalam dada ayam. Postur tubuh memiliki hubungan dengan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, serta konversi pakan. Perbedaan postur antara ayam jantan dan betina disebabkan oleh tingkat konsumsi pakan dan agresivitas yang lebih tinggi pada ayam jantan. Ayam jantan memiliki hormon testosteron yang lebih banyak dimana hormon testosteron dapat merangsang peningkatan sekresi growth hormone (GH). Growth hormone mampu merangsang pertumbuhan yang lebih cepat dengan cara mempercepat pembelahan sel dan sintesis protein.

Ayam betina memiliki hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Presentase estrogen berbanding lurus dengan lemak tubuh. Apabila estrogen tinggi, maka lemak tubuh juga akan ikut meningkat.  Timbunan lemak ayam broiler betina lebih banyak daripada ayam jantan. Sedangkan Karkas yang baik adalah karkas yang mengandung daging dengan kadar lemak rendah dan kandungan protein tinggi. Ayam jantan memiliki eritrosit 500.000 lebih banyak dibanding betina. Eritrosit menjadi tolak ukur nutrisi pada ternak untuk menunjang metabolisme mengedarkan O2 ke seluruh sel di dalam tubuh. Perbedaan pertumbuhan ayam broiler jantan dan betina ini dibuktikan dengan pemeliharaan seleksi kelamin (sexing).

Perbedaan pertumbuhan ayam broiler yang telah disexing dipengaruhi (salah satunya) oleh tingkah laku agonistik atau agonistic behaviour.

Tingkah laku agonistik ayam broiler meliputi tingkah laku menonjolkan postur, melakukan pendekatan, menakut-nakuti, berkelahi, yang berhubungan dengan agresivitas, kepatuhan dan pertahanan. Tingkah laku agonistik pada ayam broiler akan mempengaruhi kebutuhan pakan, dimana individu dengan tingkat agonistik dominan akan menghabiskan jumlah pakan lebih tinggi daripada individu dengan tingkat agonistik lebih rendah. Unggas kelamin jantan cenderung menunjukkan tingkah laku agonistik dibanding betina pada saat dewasa atau fase finisher sehingga konsumsi pakannya akan lebih tinggi dibanding betina. Konsumsi pakan yang lebih tinggi akan berpengaruh pada pertambahan bobot badan serta konversi pakan. Adanya fakta – fakta dan penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat membuktikan keefektifan pada perbedaan susunan jumlah ayam broiler jantan betina di dalam satu kandang.

Penulis: Muhammad Thohawi Elziyad Purnama, drh., M.Si.

Sumber: Listyasari, N., Soeharsono, S., & Purnama, M. (2022). Perbandingan Susunan Jantan dan Betina Memengaruhi Performa Ayam Pedaging Galur Lohman Broder Mb202. Jurnal Veteriner, , 239-245. doi:10.19087/jveteriner.2022.23.2.239

Link: https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/view/71430/46789