Universitas Airlangga Official Website

Korelasi Antara Ekspresi EGFR dan CD133 dengan Status Stadium T Clear Cell Renal Cell Carcinoma

Ilustrasi oleh healthylives.tw

Clear cell renal cell carcinoma (CCRCC) merupakan subtipe keganasan terbanyak pertama yaitu sekitar 80%  dari seluruh kejadian karsinoma sel ginjal yang berasal dari sel epitel yang melapisi tubulus proximal. Clear cell renal cell cercinoma (CCRCC) memiliki prognosis yang buruk dari semua keganasan pada ginjal. Prognosis dari sel ginjal dipengaruhi oleh ukuran tumor, nekrosis suatu tumor, deferensiasi sarcomatoid dan rhabdoid. Sistem staging Tumor-Nodul-Metastasis 2016 memiliki dua kategori untuk tumor terbatas pada ginjal (pT1 dan pT2) yang dibedakan berdasarkan ukuran tumor dimana T1 Tumor dengan ukuran ≤ 7 cm, terbatas pada ginjal. T2 Tumor > 7 cm tapi terbatas pada ginjal. T3 Tumor meluas ke vena besar atau jaringan periniefrik tetapi tidak masuk ke kelenjar adrenal dan tidak masuk ke facia gerota.  Penyebaran jauh (pT4) dimana tumor menginvasi diluar fasia gerota ( termasuk ekstensi dengan kelenjar adrenal ipsilateral).

Terapi pada T1, T2, T3 adalah nefrektomi radikal. Terapi T4 adalalah nefrektomi dengan metassektomi serta nefrektomi sitoreduktif yang diikuti dengan terapi sistemik. (ISUP., 2019). Sistem staging yang digunakan saat ini adalah menurut AJCC 2017. Sistem ini menyangkut ukuran tumor, pertumbuhan tumor melewati kapsul ginjal, invasi tumor pada vena ginjal, kelenjar getah bening dan metastasis ke adrenal serta metastasis jauh. Faktor-faktor tersebut mengindikasikan prognosis kurang baik dibandingkan dengan tumor yang terbatas pada ginjal.

Epidermal Growth Factor Receptor adalah reseptor tirosin kinase dengan fungsi seluler penting antara lain diferensiasi, proliferasi, dan migrasi namun aktivasi EGFR yang menyimpang bisa mendorong inisiasi dari perkembangan tumor, dan EGFR dapat berfungsi sebagai penanda prognostik dalam berbagai kanker. Interaksi antara EGFR dan natrium glukosa co-transporter-1(SGLT1) dalam mempertahankan tingkat intraseluler basal glukosa untuk mendukung kanker, pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel, dengan demikian peran fungsional baru dapat dikaitkan dengan EGFR, terlepas dari aktifitas kinase-nya untuk mendefenisikan peran EGFR dalam CCRCC.

Cluster Differentiation-133 (CD 133), merupakan glikoprotein dengan lima doamin transmembran. Cluster Differentiation-133 mengaktifkan sumbu PTEN / PI3K/mTOR /Akt melalui interaksi langsung dengan P85 dan phosphotyrosin-828 dari CD133 yang dihasilkan oleh aktivasi Src kinase CD133 dapat mengatur proliferasi dan tumorigenesisnya, melalui aktivasi pensinyalan PI3K-Akt sebagai molekul hulu dan ini juga mendasari perkembangan dan kemajuan perubahan genetik yang penting pada perkembangan CCRCC. Cluster Differentiation-133 menunjukan kapasitas pada proliferasi, diferensiasi, dan pembentukan tumor.

Epidermal Growth Factor Receptorreseptor adalah tirosin kinase dengan fungsi seluler esensial, termasuk diferensiasi, proliferasi, dan migrasi. Namun, aktivasi EGFR yang menyimpang dapat mendorong inisiasi dan perkembangan tumor, dan EGFR dapat berfungsi sebagai penanda prognostik pada berbagai jenis kanker. Menariknya, dalam kaitannya dengan interaksi CD133, beberapa situs tirosin di EGFR difosforilasi oleh Src melalui pengikatan fisik langsung. menemukan bahwa kelebihan CD133 dikaitkan dengan perkembangan tumor melalui aktivasi Akt yang bergantung pada EGFR pada perkembangan kanker. Berbeda dengan pensinyalan EGFR umum yang diaktifkan oleh ligan yang mengandung faktor pertumbuhan epidermal, faktor pertumbuhan transformasi (TGF) -α, dan epiregulin. Ekspresikan CD133 secara berlebihan menunjukkan peningkatan proliferasi, tumorigenesis, dan kemampuan migrasi. Selain itu, efek ini melibatkan pensinyalan EGFR-Akt melalui interaksi langsung antara CD133 dan EGFR.

Penelitian ini untuk menganalisis Korelasi antara ekspresi EGFR  dan CD133 pada berbagai status stadium T CCRCCdengan menggunakan metode observasional analitik dan pendekatan cross-sectional. Sampel berasal dari 43 blok parafin dari sediaan operasi nefrektomi yang didiagnosis CCRCC di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari 2014 – Desember 2019. Sampel penelitian dibagi berdasarkan stadium T, dan dilakukan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal EGFR dan CD133. Perbedaan ekspresi dari EGFR dan CD133 pada berbagai stadium T CCRCC akan dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis dan Anova test, sedangkan korelasi antara. EGFR dan CD133 pada berbagai stadium T CCRCC akan dianalisis menggunakan Spearman test.

Hasil penelitian ini menunjukan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada ekspresi EGFR antar stadium T CCRCC dengan nilai p=0,06. EkspresiCD133 menunjukan adanya perbedaan yang bermakna antara status  stadium T CCRCC dengan nilai p = 0,01. Ekspresi EGFR dan CD133 menunjukan korelasi signifikan yang bermakna pada status stadium T CCRCC  yaitu p=0,02 (p<0,05) dan nilai koefisien korelasi sebesar r=0,36. Penelitian ini Terdapat perbedaan ekspresi CD133 terhadap status stadium T CCRCC, dimana CD133 mengaktifkan jalur PI3K/AKT melalui interaksi dengan p85 dan fosfotirosin-828, dimana p85 dan p828 berasal dari Src yang aktif sehingga CD133 dapat berperan dalam proliferasi dan tumorgenesis sehingga terekspresi pada sel dengan CD133 dan terdapat korelasi antara ekspresi EGFR dan CD133 terhadap status T CCRCC, yaitu ekspresi EGFR dan ekspresi CD133 berbanding lurus yaitu dimana CD133 meningkatkan regulasi pensinyalan EGFR-AKT sehingga menyebabkan resisten terhadap apoptosis dan meningkatkan proliferasi.

Penulis: Anny Setijo Rahaju

Judul dan link artikel jurnal Biochem. Cell. Arch yang dituliskan menjadi opini. 

Link artikel: https://connectjournals.com/03896.2022.22.1681