Pertumbuhan penduduk diiringi dengan meningkatnya kesadaran pemenuhan kebutuhan gizi menyebabkan kebutuhan konsumsi susu terus meningkat. Namun kebutuhan susu tersebut belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Pada tahun 2022, Indonesia masih harus mengimpor susu 11.000 ton/hari, atau sekitar 80-85% dari kebutuhan susu nasional. Produksi susu dalam negeri sebagian besar dihasilkan oleh peternakan sapi perah skala rakyat yang tergabung dalam Koperasi Unit Desa (KUD). Jenis sapi yang banyak digunakan oleh peternak di Indonesia adalah sapi perah keturunan Friesian Holstein yang telah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
Salah satu daerah penghasil susu di Indonesia terdapat di wilayah Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo yaitu KUD Argopuro. Kondisi alam dan kesiapan peternak sapi merah memungkinkan untuk dilakukan peningkatan populasi sapi perah. Laju peningkatan populasi ternak akan lebih cepat apabila efisiensi reproduksi menunjukkan nilai yang baik dan angka kejadian gangguan reproduksi rendah. Efisiensi reproduksi dapat dilihat dari nilai Service per Conceptin (S/C), Conception Rate (CR), Calving Rate (CvR), Days Open (DO), dan Calving Interval (CI).
Hasil wawancara peternak anggota KUD Argopuro menunjukkan tingkat kepemilikan sapi 1-6 ekor; hampir semua (93,5%) peternak memberi makan sapi perahnya dengan rumput gajah, dan konsentrat; semua peternak memiliki kemampuan untuk mendeteksi birahi, namun 40,5% diantaranya tidak melapor langsung ke inseminator, sedangkan inseminator menginseminasi sapi yang birahi 6-12 jam setelah peternak melapor. Rata-rata S/C adalah sebesar 2,55±1,57, nilai CR 21% dan lama kebuntingan sebesar 278±11,92 hari. Berdasarkan referensi, efisiensi reproduksi sapi perah yang baik adalah S/C 1,6 -2,0, CR > 60%, dan lama kebuntingan 278 -284. Nilai S/C dan CR sapi persilangan Friesian Holstein di KUD Argopuro terhitung tidak efisien, hanya parameter lama kebuntingan yang efisien. Terdapat korelasi yang signifikan antara parameter umur sapi induk dengan S/C. Regresi S/C berdasarkan parameter umur mengikuti persamaan S/C= 0,104 + 0,407*Umur, dengan koefisien korelasi dan koefisien determinasi masing-masing sebesar 0,733 (korelasi kuat) dan 0,538 (yang artinya 53,8% nilai S/C ditentukan oleh umur sapi induk). Usia reproduksi yang baik sapi persilangan Friesian Holstein berdasarkan S/C < 2 ditemukan pada rentangan umur antara saat bunting pertama sampai dengan umur 4,66 tahun. Setelah umur tersebut nilai S/C naik dan menurunkan efisiensi reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan peternak sapi perah di KUD Argopuro meningkatkan efisiensi reproduksi sapi perahnya untuk meningkatkan keuntungan hasil usaha beternak sapi perah berupa produksi susu dan kelahiran anak sapi.
Penulis: Norma Amalia Ulfah
Anantya Riding Club, Jalan Caringin, RT. 04/RW. 04, Karanggan, Gunung Putri, Bojong Nangka, Gn. Putri, Bogor, Jawa Barat 16963, Indonesia
Disarikan dari artikel:
Ulfah NA, Samik A, Hidanah S, Hariadi M, SuprayogiTW. 2022. Correlation of parity and age to servicesper conception, conception rate, and gestation length inHolstein Friesian cross cows. Ovozoa 11:9-14.
Artikel ilmiah hasil penelitian ini sudah terbit pada OVOZOA : Journal of Animal Reproduction (https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index) suatu jurnal ber-Bahasa Inggris yang diterbitkan atas kerjasama antara Universitas Airlangga (http://210.57.208.200/) dengan Asosiasi Departemen Reproduksi Veteriner Indonesia (ADERVI) dan Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI). Artikel dapat di akses melalui tautan: https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/article/view/32477/17289