Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan kondisi kesehatan kronis yang sering dialami anak-anak. Sayangnya, kondisi ini tidak hanya memberikan dampak fisik bagi pasien, tetapi juga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya secara holistik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana PGK sebenarnya mempengaruhi anak, terutama agar kita bisa memberikan dukungan yang lebih baik ke depannya.
PGK adalah kelainan ginjal kronis yang berlangsung lebih dari 3 bulan (KDIGO, 2017). Prevalensinya terus meningkat setiap tahunnya di seluruh dunia (Supriyadi et al., 2011). Di Indonesia sendiri, diperkirakan sekitar 0,2% penduduk mengidap PGK (Depkes, 2018). Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius pada anak, seperti gangguan pertumbuhan dan masalah-masalah psikososial (Clavé et al., 2019).
Ancaman kesehatan akibat PGK juga semakin meningkat. Jika dulu PGK merupakan penyebab kematian urutan ke-27 di dunia pada tahun 1990, kondisi ini naik menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010 (Depkes, 2018). Angka ini menunjukkan bahwa kita perlu lebih memperhatikan dampak jangka panjang dari PGK, khususnya bagi anak-anak.
Dampak Fisik dan Psikologis PGK
Secara fisik, PGK dapat menyebabkan berbagai gangguan organ tubuh lainnya, seperti gangguan pertumbuhan dan masalah jantung (Chen et al., 2018). Kondisi ini juga berdampak besar secara mental dan psikologis bagi pasien. Depresi merupakan masalah umum yang dihadapi anak PGK, dipengaruhi oleh penurunan fungsi ginjal dan perubahan gaya hidup mereka (Suryaningsih & Kanine, 2013).
Keadaan ini tentunya berdampak luas pada keluarga. Orang tua mengalami stres berkepanjangan karena harus merawat anak sakit. Ibu lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental akibat tanggung jawab merawat anak (Jiloha & Bhatia, 2010). Selain itu, penyakit kronis anak dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan keluarga.
Dampak PGK terhadap Kualitas Hidup
Berdasarkan beberapa penelitian, ditemukan bahwa kualitas hidup anak dengan PGK lebih rendah dibandingkan anak sehat. Mereka mencetak skor lebih rendah pada aspek fisik, emosional, sosial, dan sekolah (Mckenna et al., 2006; Pardede et al., 2019). Kondisi gagal ginjal kronis (GGGK) bahkan berhubungan dengan morbiditas yang lebih tinggi dan kualitas hidup yang jauh lebih buruk (Mckenna et al., 2006).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Beberapa faktor risiko gangguan kualitas hidup pada anak PGK antara lain adalah:
1. Usia 5-7 tahun dan 13-18 tahun. Kedua rentang usia ini memiliki risiko lebih besar mengalami penurunan kualitas hidup (Pardede et al., 2019).
2. Status sosial ekonomi rendah dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah. Kondisi ini berkorelasi kuat dengan kualitas hidup anak (Pardede et al., 2019).
3. Lama penyakit dan penggunaan obat kortikosteroid dalam jangka panjang. Kedua faktor ini berhubungan negatif dengan kualitas hidup (Kilicoglu et al., 2016).
4. Kecemasan dan depresi. Gangguan mental ini dapat memperburuk dampak PGK terhadap kualitas hidup (Kilicoglu et al., 2016).
5. Faktor lain seperti jenis kelamin, indeks massa tubuh, dan hemoglobin darah juga berperan (Moreira et al., 2015).
Berdasarkan tinjauan sistematis literatur terkait yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang menderita penyakit ginjal kronis mengalami gangguan kualitas hidup secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa anak dengan PGK memiliki skor kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan anak sehat pada berbagai aspek, seperti fisik, emosional, sosial, dan sekolah.
Kondisi gagal ginjal kronis (GGGK) juga terkait dengan peningkatan morbiditas dan kualitas hidup yang lebih buruk. Beberapa faktor risiko gangguan kualitas hidup pada anak dengan PGK adalah usia, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, lama penyakit, dan penggunaan obat kortikosteroid. Faktor psikologis seperti kecemasan dan depresi juga berperan menurunkan kualitas hidup.
Penulis: Dr. Yunias Setiawati, dr.,Sp.K.J(K)
Artikel Jurnal: Quality of Life in Children with Chronic Kidney Disease