UNAIR NEWS – Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan kuliah tamu yang mengulas politik dan framing di media. Kuliah tamu itu mengundang Dosen FPsi UNAIR, Dr Rakhman Ardi MPsych dan Monika Prusik PhD dari University of Warsaw selaku narasumber.
Dua pembahasan dalam kuliah tamu itu yakni “Dark Triad and Tetrad Traits Seen in Politicians and Voting Intentions” dan “Political Framing and Cognitive Biases in Social Media”. Acara berlangsung di Aula Lantai 3 FPsi Kampus Dharmawangsa-B UNAIR, Jumat (26/4/2024).
Selektif dalam Fenomena Politik
Membuka pemaparan materi, Dr Rakhman Ardi mengajak audiens untuk kembali mengingat penyelenggaraan pesta demokrasi di Indonesia beberapa waktu lalu. Tepatnya pada 14 Februari 2024 lalu, telah dilaksanakan pemilihan umum presiden dan lembaga legislatif. Pesta demokrasi ini melibatkan banyak elemen, termasuk politisi, partai, dan media.
Bagi politisi dan partai, kata Dr Ardi, keterlibatan mereka menjadi bentuk dukungan dan loyalitas. Begitu juga dengan media, tidak sedikit media yang menunjukkan keberpihakan politik. Dr Ardi mempertanyakan akan apa yang sebenarnya terjadi dengan media-media masa kini.
“Bahkan bukan lagi menjadi rahasia umum bagi suatu media. Kepemilikannya siapa atau memiliki backing-an apa, sehingga menjadikan penampilan berita tidak original. Keberpihakan itu bisa tercermin pada media, terutama saat masa-masa Pemilu 2024 kemarin,” ujarnya.
Politik Framing
Situasi yang terjadi pada media itu menunjukkan adanya politik framing. Secara tidak langsung, situasi tersebut berdampak pada penerimaan seseorang terhadap suatu berita atau informasi apa pun yang media tampilkan secara publik.
Media massa maupun media sosial yang memiliki akses begitu luas dan mudah juga memantik munculnya respons banyak orang, baik sebagai pihak pro maupun kontra. Respons yang begitu beragam, lanjut Dr Ardi, hanya bisa dilawan dengan keterbukaan pikiran.
Oleh karena itu, Dr Ardi menekankan pentingnya selektif dalam menerima konten maupun isu yang sedang terjadi. Kemudian, setelah menerima konten, perlu dilakukan pengecekan ulang atasnya. “Karena media sosial kini tak hanya berisi konsumen, tetapi juga prosumer, bahkan hingga buzzer sekalipun bermain di dalamnya,” tegas Dr Ardi.
Penulis: Annisa Nabila
Editor: Yulia Rahmawati