Universitas Airlangga Official Website

Kuliah Umum FEB dan BI Ulas Stabilitas Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global

Prof Dr Ing Hendro Wicaksono pada gelaran kuliah umum Departemen Ekonomi yang diadakan secara hybrid, Kamis (10/8/2023). (Foto: panitia)
Prof Dr Ing Hendro Wicaksono pada gelaran kuliah umum Departemen Ekonomi yang diadakan secara hybrid, Kamis (10/8/2023). (Foto: panitia)

UNAIR NEWS – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar kuliah umum bertema “Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial: Mendorong Peningkatan Intermediasi di Tengah Ketidakpastian Global” pada Kamis (30/5/2024). Kuliah umum itu menghadirkan Asisten Gubernur Bank Indonesia Dr Solikin M Juhro sebagai pembicara utama. Dalam presentasinya di Aula Fadjar FEB UNAIR, Solikin membahas beberapa poin penting terkait kebijakan bank sentral dan strategi keuangan.

Solikin menjelaskan, Central Bank Policy di Indonesia dikenal sebagai bank sentral yang telah menerapkan berbagai kebijakan inovatif. Salah satu inisiatif utama adalah penerapan Integrated Policy Framework (CPF) yang diperkenalkan oleh International Monetary Fund (IMF) pada 2002-2001. Framework itu dirancang untuk mengintegrasikan berbagai instrumen kebijakan guna menghadapi tantangan ekonomi secara efektif, terutama soal ketidakpastian global. 

“Bank Indonesia (BI) telah mengadopsi versi tersendiri dari framework ini yang disesuaikan dengan kondisi nasional,” ujarnya.

Pada 2022, BI juga mengadopsi Microfinance Strategic Framework. Framework tersebut bertujuan untuk mengelola risiko keuangan mikro secara lebih sistematis. 

Framework ini memungkinkan bank sentral untuk mengoordinasikan berbagai kebijakan keuangan mikro agar lebih terintegrasi dan efektif dalam mencapai stabilitas keuangan,” jelasnya.

Sesi foto bersama kuliah umum bertema "Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial: Mendorong Peningkatan Intermediasi di Tengah Ketidakpastian Global" pada Kamis (30/5/2024). (Foto: Panitia)
Sesi foto bersama kuliah umum bertema “Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial: Mendorong Peningkatan Intermediasi di Tengah Ketidakpastian Global” pada Kamis (30/5/2024). (Foto: Panitia)

Ia mengatakan bahwa menghadapi berbagai masalah ekonomi membutuhkan berbagai alat kebijakan yang saling mendukung. Sebagai contoh, ketika suku bunga kredit naik, hal itu bisa berdampak pada sektor perumahan. Namun, kebijakan makroprudensial bisa digunakan untuk mengatasi dampaknya tanpa harus meningkatkan suku bunga secara keseluruhan.

“Pendekatan ini memastikan bahwa kebijakan tidak saling meniadakan atau menyebabkan overkill,” kata Dr. Solikin.

Dalam domain kebijakan keuangan dan moneter, saling berpengaruh satu sama lain. Perubahan dalam sektor moneter mempengaruhi sektor keuangan, dan sebaliknya. Oleh karena itu, menjaga stabilitas keduanya secara bersamaan sangat penting untuk mencegah kegagalan sistemik yang dapat berdampak luas pada perekonomian.

Dia juga menekankan pentingnya mendukung pertumbuhan ekonomi digital sebagai salah satu prioritas utama kebijakan. Kebijakan yang diterapkan harus didesain untuk memperkuat infrastruktur digital serta ketahanan ekonomi guna mendukung ekspansi ekonomi digital.

 “Intermediasi keuangan, ketahanan perumahan, dan inklusi ekonomi harus terus didorong agar ekonomi digital dapat berkembang dengan baik,” tutupnya.

Penulis: Rosali Elvira Nurdiansyarani

Editor: Feri Fenoria

Baca Juga:

Alumnus UNAIR Ceritakan Pengalamannya 10 Tahun Bekerja di Bank Indonesia