Universitas Airlangga Official Website

Kurang Tidur Merusak Ginjal

Sumber: genpico

Djoko Santoso

Guru Besar Kedokteran Unair, Ketua Badan Kesehatan MUI Jatim

Tidur seringkali dianggap remeh oleh sebagian besar orang. Sebagian orang lebih memilih untuk mengurangi jam tidur, dibanding harus melewatkan film yang bagus, bermain sosial media, dan pekerjaan lain yang belum diselesaikan. Meski seringkali dianggap remeh, tidak bisa dipungkiri bahwa tidur memiliki fungsi yang sangat vital untuk seluruh sistem organ dalam tubuh, tak terkecuali organ ginjal.

Penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur mempengaruhi perkembangan penyakit ginjal. Penyebab yang diduga adalah adanya proses inflamasi dan aktivasi saraf simpatis yang merusak membran basal glomerulus dan aparatus tubulus ginjal. Beberapa gangguan tidur, seperti obstructive sleep apnea, gangguan ritme sirkardian, hipersomnia, dan insomnia telah banyak dikaitkan dengan gangguan metabolisme yang akhirnya berujung pada keterlibatan organ ginjal baik karena fungsi ginjal terhadap peningkatan sampah metabolisme maupun karena rentannya durasi istirahat yang memudahkan turunnya kualitas hidup dari sel ginjal nya sendiri. Salah satunya kemampuan fungsi filtrasi glomerulus cenderung tidak efektif bekerja sehingga tidak optimal dalam mempertahankan homoestasis yang terkait dengan berbagai sampah metabolism, termasuk subtrat penting dan protein bisa lolos via urin. Ini yg disebut ginjal mengalami disregulasi yang akhirnya menambah gangguan tidur yang sebelumnya sudah ada.

Gangguan tidur banyak ditemukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis dengan end stage renal disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir. Sebanyak 80 persen dari pasien ESRD yang menerima hemodialisa (cuci darah) mengeluh adanya rasa mengantuk pada pagi hari. Hal ini disebabkan karena meningkatnya gangguan tidur saat malam hari. Adanya gangguan tidur dapat mengurangi kualitas kehidupan seseorang, bahkan dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas pasien gagal ginjal kronis.

Mekanisme yang mendasari terjadinya gangguan tidur pada pasien dengan gagal ginjal kronis adalah ketidakseimbangan aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis yang juga sama dengan populasi umum, namun padanya jauh lebih parah. Ketidakseimbangan ini disebabkan karen sistem saraf simpatis terlalu hiperaktif, sehingga menurunkan tonus vagal. Pada individu yang sehat, saat tidur terjadi penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktivitas saraf parasimpatis, sehingga tekanan darah saat tidur cenderung lebih rendah. Sedangkan, individu dengan gangguan tidur akan menyebabkan hipoksemia yang dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatisnya. Tekanan darah yang tinggi menjadi salah satu faktor risiko yang dapat memperberat kondisi organ yang sudah terganggu sebelumnya termasuk dalam konteks gangguan ginjal.

Durasi dan kualitas tidur merupakan suatu komponen yang penting bagi kesehatan secara umum, termasuk organ ginjal. Individu dengan durasi tidur kurang dari lima jam dan lebih dari delapan jam sehari mempunyai risiko tinggi perkembangan penyakit gagal ginjal kronis. Durasi tidur yang pendek juga dapat meningkatkan risiko terjadinya proteinuria dan hiperfiltrasi ginjal. Studi epidemologi terbesar yang melibatkan 200.000 pasien, menyatakan bahwa durasi tidur yang pendek dan terlalu panjang, serta kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan meningkatnya insidensi gagal ginjal kronis. Pada populasi Asia, berpendidikan baik, dan tidak merokok, menyatakan hubungan yang positif antara tidur dan perkembangan gagal ginjal kronis. Beberapa penelitian di atas seharusnya sudah cukup menyadarkan kita betapa pentingnya tidur bagi kesehatan ginjal.

Upaya meningkatkan kualitas tidur yang baik saat malam hari berikut ini bisa dipertimbangkan, yaitu dengan menerapkan sleep hygiene. Sleep hygiene meliputi:

  1. Mengatur jam tidur dan bangun secara reguler.
  2. Semua aktivitas lain selain tidur tidak boleh dikerjakan di atas tempat tidur. Misalnya menonton televisi, bermain, dan makan.
  3. Tidak berolahraga terlalu dekat dengan waktu tidur
  4. Mengatur saat relaksasi sebelum tidur, misalnya dengan yoga.
  5. Jangan mengonsumsi alkohol, kopi, dan merokok sebelum tidur.
  6. Tidur pada suasana yang gelap, tenang, dan nyaman.
  7. Menggunakan kebiasaan tidur saat siang hari seminimal mungkin.

Bila dengan melakukan sleep hygiene masih belum mendapatkan durasi dan kualitas tidur yang optimal, maka segera mencari pertolongan ke tenaga profesional.

Benjamin Franklin berkata, “suatu pencegahan lebih bernilai daripada banyak penyembuhan.” Hal ini menyatakan bahwa mencegah timbulnya suatu penyakit lebih baik dibanding menyembuhkan penyakit. Oleh sebab itu, marilah kita menjaga kebiasaan tidur nyenyak yang cukup dengan durasi tidur yang optimal dan kualitas tidur yang baik untuk mencegah penyakit lainnya, terutama penyakit pada ginjal.