Universitas Airlangga Official Website

Kusta Difus Lepromatus Yang Disebabkan Oleh Mycobacterium Leprae Dengan Adanya Fenomena Lucio

Kusta Difus Lepromatus Yang Disebabkan Oleh Mycobacterium Leprae Dengan Adanya Fenomena Lucio
Sumber: Siloam Hospital

Kusta adalah infeksi bakteri granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil intraseluler obligat Mycobacterium leprae (M. leprae), yang terutama menyerang saraf kulit dan saraf tepi. Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar khususnya di Indonesia, yang merupakan negara dengan jumlah kasus kusta baru tertinggi ketiga setiap tahunnya secara global, setelah India dan Brazil, dengan lebih dari 15.000 kasus baru setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2017 mencatat angka prevalensi penyakit kusta di dunia sebesar 0,25 per 10.000 penduduk atau 192.713 kasus dengan angka penemuan kasus baru sebesar 2,77 per 100.000 penduduk atau 210.671 kasus. Kontribusi terbesar terdapat di Asia Tenggara dimana 72,8% kasus atau sekitar 126.164 kasus ditemukan di India.1 Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021 menyebutkan, pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta (prevalensi kusta <1 per 10.000 penduduk).

Fenomena Lucio merupakan reaksi kusta yang jarang terjadi namun berpotensi fatal. Ini adalah jenis reaksi yang diamati pada bentuk Lepromatous Leprosy non-nodular infiltratif mengkilat dan menyebar seragam yang tidak diobati, yang terutama ditemui di Meksiko, yang disebut lucio leprosi. Fenomena Lucio sering dilaporkan di Meksiko dan Kosta Rika, jarang ditemukan di negara lain.6,7 Gambaran klinisnya juga menyerupai penyakit lain seperti vaskulitis.8 Oleh karena itu perlu dilakukan diagnosis M. lepromatosis dengan benar dan yang lebih penting lagi adalah diagnosisnya. itu lebih awal.

Endemik (DLL) Diffuse Leprosmatous Leprosy atau Lucio phenomenon di Meksiko juga telah dilaporkan di negara lain termasuk di Asia.6,7 Penelitian yang dilakukan terhadap 120 pasien kusta di Meksiko, 87 pasien menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction). Dari 87 pasien, 55 pasien (63,2%) terdeteksi M. lepromatosis, 18 pasien (20,7%) M. leprae dan 14 pasien (16,1%) keduanya. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk melihat gambaran klinis dari fenomena lucio, juga untuk mengetahui cara menegakkan diagnosis, memberikan terapi yang tepat dan memberikan edukasi kepada masyarakat.

Seorang wanita usia 47 tahun datang dengan keluhan bercak merah-keunguan pada tungkai kanan kiri dan tangan kanan kiri dirasakan 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. 1 bulan terakhir kedua tungkai terdapat rasa kesemutan yang hilang timbul. Tidak ada Riwayat pengobatan kusta. Keluhan semakin memberat dengan cepat dan terdapat ulkus pada kedua tungkai sampai telapak kaki, juga pada kedua tangan. Pada wajah didapatkan infiltrasi difus, tidak ada nodul, ada madarosis, bulu mata rontok, penebalan pada kedua telinga. Pemeriksaan BTA didapatkan hasil BI 4+ dan MI menunjukkan hasil 7%. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan jaringan biopsi tanpa epidermis, lapisan dermis pembuluh darah melebar, area perdarahan serta infiltrasi sel radang neutrophil, limfosit, histiosit, sel plasma perivascular, terdapat sel busa, endotel dan perivascular yang mengandung BTA. Pemeriksaan PCR di dapatkan hasil infeksi campuran yaitu mendeteksi Mycobacterium leprae dan Mycobacterium lepromatosis. Diagnosis DLL berdasarkan menifestasi klinis, pemeriksaan histopatologi dan PCR. Pemeriksaan PCR menunjukkan infeksi campuran  Mycobacterium leprae dan Mycobacterium lepromatosis. Sekuensing DNA mengkonfirmasi hasil yang cocok adalah Mycobacterium leprae

Fenomena lucio yang telah didokumentasikan di Indonesia ditandai dengan infeksi ganda M. leprae dan M. lepromatosis. Proses yang menyebabkan terjadinya bersama kedua strain ini masih belum jelas. Menariknya, M. lepromatosis sebagian besar ditemukan pada DLL. Sebuah studi tentang pasien DLL mendeteksi M. lepromatosis pada 63,2% dan M. leprae pada 20,7%. Infeksi ganda M. lepromatosis dan M. leprae menyumbang 16,1% dari semua kasus di mana spesies tersebut telah diverifikasi. Analisis PCR menunjukkan M. leprae dan M. lepromatosis pada pasien kami, dengan keberadaan M. leprae yang dikonfirmasi oleh Urutan DNA. Pasien didiagnosis menderita Lucio fenomena yang disebabkan oleh M. leprae. Pasien ini mendapatkan 12 bulan pengobatan kusta multibasiler. Perawatan luka melibatkan debridement, yang dilakukan dengan menggunakan normal saline solusi (0,9%) penerapan dressing, yaitu dinilai secara berkala dan antibiotik topikal. Perlu diperhatikan bahwa beberapa kasus fatal dari kondisi ini telah dilaporkan,  dengan sepsis menjadi penyebab utama kematian.

Penulis : Dr. dr. Medhi Denisa Alinda,Sp.DVE.,Subsp.DT

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://e-jmi.org/archive/detail/155?is_paper=y

Baca juga: Hubungan Antara Riwayat Vaksin BCG dan Kusta pada Anak