UNAIR NEWS – Lapak Buku Lingkar Solidaritas hadir setiap Rabu di kawasan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR). Lingkaran Solidaritas (LISO) merupakan komunitas mahasiswa yang lahir atas keresahan terkait ruang kreasi di bidang literasi dan seni yang kurang berpihak kepada rakyat dan isu sosialnya.
Selain melakukan diskusi bersama mahasiswa dengan mengangkat tema isu sosial, LISO juga memiliki kegiatan Lapak Buku Lingkar Solidaritas yang buka setiap Rabu di kawasan FIB Kampus Dharmawangsa-B UNAIR. Penanggung jawab Lapak Buku LISO, Muhammad Jibril atau yang lebih dikenal dengan nama Jai mengungkap bahwa kegiatan ini sebenarnya sudah terancang sejak lama.
“Giat ini sebenarnya sudah lama, sebelum covid-19 sudah ada, tapi sempat mati karena covid, kami sekarang mencoba menghidupkannya lagi,” ujar Jai.
Lapak Buku LISO merupakan gagasan bersama untuk mengembangkan minat baca. Selain itu, juga membuka ruang untuk anggota komunitas maupun mahasiswa non anggota untuk meningkatkan literasi.
“Buku-buku yang ada dalam Lapak Baca LISO murni sumbangan dari teman-teman yang percaya bahwa lapak buku ini dapat membawa manfaat. Buku juga dikelola oleh anggota LISO sendiri dan dapat dipinjam sewaktu-waktu oleh siapapun,” jelasnya.

“Untuk dana kami dapat dari kolektif anggota komunitas, kemudian saya mengelolanya. Cara meminjamnya pun terbilang gampang, hal itu sengaja kami lakukan untuk menarik minat agar tidak ragu meminjam. Tinggal datang ke lapak dan menyebutkan nama serta nomor teleponnya, tenggat dua minggu bisa mengembalikan langsung di lapak, bisa melakukan perpanjangan selama satu minggu,” tambah Jai.
Jai menerangkan bahwa Lapak Buku LISO baru terbentuk di UNAIR. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar anggota LISO berasal dari mahasiswa UNAIR. “Jadi untuk langkah awal di UNAIR dulu, ada wacana kami bakal keliling kampus seperti buka di UPN atau di UNESA,” ungkapnya pada Selasa (5/4/2023).
Tunjang Literasi Mahasiswa
Azzahra Dewa Isatilova, salah satu pengunjung Lapak Buku LISO yang berasal dari mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UNAIR menganggap bahwa adanya kegiatan ini dapat membuktikan bahwa masih banyak mahasiswa yang bergerak sesuai dengan anjurannya.
“Kreatif, kegiatan yang mereka lakukan ini seperti kegiatan amal. Karena tidak ada yang menyuruh, membayar, atau memberi imbalan. Mereka sukarela, mau setiap Rabu sore meminjamkan buku. Padahal sudah ada perpustakaan yang menawarkan lebih lengkap, tapi (mereka) masih mau. Mungkin panggilan hati,” ujar Azzahra.
“Aku lebih nyaman pinjam di sini. Karena aku tidak atau mungkin belum bisa seperti mereka yang menjadi penggerak, jadi aku berusaha untuk mendukung dengan meminjam buku-buku yang mereka tawarkan. Ini itu keren, sesuai dengan mahasiswa yang seharusnya banyak ide, kreatif, dan bergerak untuk mendukung masyarakat,” tutupnya.
Penulis: Cahyaning Safitri
Editor: Nuri Hermawan