Tumor ovarium besar sangat jarang terjadi. Kebanyakan pasien mencari pengobatan sebelum tumor menjadi sangat besar. Namun, di beberapa negara berkembang, pasien sering terlambat dating ke fasilitas kesehatan untuk berobat dikarenakan masalah finansial. Pada kasus tumor ovarium besar, mayoritas merupakan tumor jinak dan hanya sedikit yang ganas. Tim dokter obstetri dan ginekologi RSUD Dr.Soetomo melaporkan kasus langka tumor ovarium besar dengan diagnosis akhir kanker ovarium epitel.
Seorang wanita berusia 43 tahun datang ke RSUD Dr.Soetomo dengan keluhan perut membesar. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) menunjukkan massa kistik unilokular dengan diameter >25cm. Tidak ada asites. Pemeriksaan kadar antigen kanker dan karsinoembrionik menunjukkan dalam batas normal.
Pasien menjalani operasi 1 minggu kemudian. Laparotomi dilakukan dengan anestesi umum. Setelah dilakukan pembedahan, tampak massa ovarium kiri yang sangat besar. Rahim, ovarium kanan, omentum dan peritoneum tampak normal. Setelah tumor diangkat dan dilakukan pemeriksaan histopatologi, didapatkan hasil ovarium seberat 9700 gram, dengan ukuran 30x28x14 cm. Hasil akhir menunjukkan bahwa tumor tersebut ganas, dengan diagnosis adenokarsinoma sero-musinosa ovarium kiri grade II, dan telah bermetastasi ke omentum. Setelah operasi pengangkatan tumor, pasien menjalani 6 kali kemoterapi dan didapatkan hasil yang sehat selama 2 tahun evaluasi.
Diagnosis dini pada kanker ovarium merupakan sebuah tantangan tersendiri, karena banyak pasien yang tidak mengalami gejala awal dan baru menyadari ketika perut sudah membesar. Selain itu, tidak ada penanda tumor yang spesifik untuk kanker ovarium epitel. Dalam laporan kasus ini juga dapat disimpulkan bahwa, tumor ganas ovarium tidak selalu menghasilkan Ca-125, sehingga kadar Ca-125 yang normal dapat menjadi perancu apakah tumor yang ditemukan jinak atau ganas.
Tatalaksana utana tumor ovarium besar adalah pengangkatan dengan pembedahan. Tumor dengan ukuran yang besar tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti kesulitan bernapas, kembung, dan nyeri. Hanya sedikit ahli bedah yang melakukan penatalaksanaan laparoskopik pada tumor ovarium besar karena kendala ruang yang terbatas, risiko pecahnya kista, tumpahan intra-abdomen, dan implantasi sel ganas di lokasi trokar. Dengan pertimbangan kepraktisan dan keamanan, laparotomi lebih direkomendasikan daripada laparoskopi.
Tim dokter RSUD Dr.Soetomo melakukan pengangkatan total tanpa sisa karena pasien memiliki riwayat hemodinamik yang baik dan tim ahli anestesi telah dipersiapkan dengan baik. Pada pengangkatan tumor ovarium besar, dapat menyebabkan syok splanknik karena proses pengangkatan tersebut dapat melepaskan kompresi pembuluh darah splanknik, tumpahan sel kanker ke dalam perut, dan edema paru mendadak. Oleh karena itu, kewaspadaan ekstra saat operasi maupun pasca operasi diperlukan untuk menghindari komplikasi yang tidak diinginkan,
Penulis: Brahmana Askandar Tjokroprawiro
Laporan lengkapnya dapat diakses melalui link berikut:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10166005/